Aku mulai tidak mengerti tentang waktu seperti gula dan serbuk kopi
yang berserakan di dalam adukan gelas berisi air panas. Apakah makna
asap?
Lalu tiba-tiba aku sudah di laut dangkal, menatap
kacamata hitam. Aku menonton sepakbola sambil memain-mainkan anak-anak
badai, kemudian jari-jariku meneteskan air mata.
Oh,
Barcelona!! Adakah ia akan menjadi panggung seni? Karena aku butuh
selimut untuk lupa yang sementara. Lalu Cinta, aku lupa memilih
kata-kata dan aku hanya tahu bagaimana cicak-cicak menebak serangga.
Pagi buta, mataku menyala. Aku berteriak gila di gang buntu sementara tangan kananku menggenggam revolver berpeluru ganda.
Dorr!!
Aku ingin lebih mati daripada kematian.
Lalu, kemana waktu akan membawa kita….
Dimana ketika segalanya ingin dituangkan kedalam sebuah tulisan, disinilah aku menggoreskannya.
Sabtu, 09 November 2013
Untuk Sebuah Nama
Waktu berserakan. Hujanlah yang mengacak-acak pasir. Dari kejauhan, seekor ayam mengintai untuk mengaisnya.
Sepi, dalam sepi ruanganku lalu-lalang burung-burung pemakan daging. Menerka.
Aku lupa menutup pintu yang aku sendiri tak mengerti cara membukanya.
Atas nama tubuhku yang robek,
Adakah kau cium bau darahnya??
Sepi, dalam sepi ruanganku lalu-lalang burung-burung pemakan daging. Menerka.
Aku lupa menutup pintu yang aku sendiri tak mengerti cara membukanya.
Atas nama tubuhku yang robek,
Adakah kau cium bau darahnya??
Langganan:
Postingan (Atom)