Selasa, 30 Juli 2019

Rantau Baru

Puisi, JAKARTA -- Aku ingin kembali ke masa yang sudah begitu lama tertinggal sehingga karat-karatnya....

Tak kusebutkan satu per satu serbuk yang berkontaminasi dengan penyakit tetanus yang membunuh seorang ABG yang mati di dalam bayanganku yang....

Aku terdiam

dan musik tiba-tiba datang dan terdengar dari dan ke segala arah.

"Aku bekerja untuk seorang nabi," kata si Malin Kundang yang tidak paham dan tidak tahu bahwa dirinyalah yang selama ini tersesat..

DI lautan, mereka mengagung-agungkan dewa yang nyaris tidak berdosa. Aku permainkan kata-kata seperti aku dipermainkan oleh kata-kata

Cinta yang selama ini hadir

Cinta, cinta, cinta.. Kuhirup semua racun-racunmu sampai akhirnya diriku benar-benar memutuskan untuk mencumbumu

Aku sakit

Ini cuma bahasa, dan orang, apa hal yang baik yang bisa dikatakan tentang orang?

Dewa dan Dewi semakin jauh dari Manusia yang pikirannya hidup di dalam bahaya tidak bahayanya internet di gelanggang yang entah kita tidak pernah tahu

Dan hidup tetap mengalir sebegitu saja,
Dan kata-kata hanyalah mimpi-mimpi yang tertukar dengan manisnya janji-janji

Memiskinkan kita yang selalu tahu bahwa hidup hanyalah mimpi dan menjadikan mimpi kenyataan

Kau hanya berjalan di atas rel kereta api kelabu yang terpancar karena pantulan sinar matahari

Cahayanya masuk ke dalam sanubarimu melalui mata yang kini tak punya sela untuk lengah lagi karena perutnya yang tidak pernah berhenti membisikkan kata 'lapar'

Entah kepada Tuhan, entah kepada siapa

Aku mengalir masih seperti air yang lama-lama tertimbun oleh mimpi buruk umat bernama climate change

Namun, keacuhan orang membuat kita berpikir seolah-olah neraka itu biru, sepi, dan penuh privasi.

Atau, kita lupa jika teknologi juga dikendalikan oleh sesuatu yang jahat

Kiamat adalah narasi terbesar yang dirahasiakan sejak zaman para nabi hingga era sekarang ini di mana mereka yang tahu hanyalah mereka yang tahu bagaimana cara merahasiakan apapun

Manusia tidak bisa hanya setuju saja dengan apa dan siapa saja

Terkadang, kita harus mabuk ke dalam sesuatu agar tahu bagaimana dan siapa yang akan keluar selanjutnya: kegilaan? Atau, Kesadaran?

Keanehanlah yang menguasai pikiran kita

Dan pertarungan yang terjadi di balik suara yang serak karena bermimpi tidak lebih dari percobaan demi percobaan yang kali ini tidak memberikan hasil.

Kesedihan yang kutumpahkan sendiri selalu bertanya dan menodong untuk sebuah tanggung jawab besar yang harus kita lakoni layaknya seorang Dewa yang nyaris tidak berdosa

Dewa Laut yang berdosa karena mengakomodasi kemarahan Sang Ibu hingga akhirnya Malin Kundang berubah menjadi batu.

Di depan kapal yang telah dikutuknya Sang Ibu basah karena hujan badai yang tampaknya baru saja akan selesai

Dia menangis, menangis, dan menangis

Dan di malam yang sepi ini, aku menelusur masuk ke dalam apa yang dipikirkannya,

Air mata memberatkan diriku yang kini terselip di antara permainan-permainan yang tidak cocok di hati

Betapa sakitnya hati Sang Ibu melihat anaknya yang menikahi gadis lain,

"Semuanya yang telah kuberikan, kau berikan kepada orang lain!"

Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Sang Ibunda kepada anaknya yang sejak kecil suka menyimpan sifat aslinya.

Tentang ibunya yang miskin, ayahnya yang tidak pernah ada, cintanya yang sia-sia, masa lalunya yang hampa, dan mantan kekasihnya yang tidak pernah terbius dengan apapun selain yang keluar dari mulutnya,

Malin tidak pernah menceritakan semuanya

Malin tahu, bahwa dirinya suatu saat akan hidup di dalam tubuh seseorang yang entah siapa di masa yang jauh berbeda

Di situ, Malin mencari peruntungan lain

Rantau Baru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar