Minggu, 08 Juni 2014

Turunan dekat Matahari yang Sempit

Ketika matanya menatapku dalam jalanan urat-urat yang mampu memotret realitas lewat imajinasi,

setiap benda-benda menjadi beku.

Aku menciptakannya menjadi wanita dalam kota-kota dengan jalan-jalan yang sempit.

Di seberang jalan, ia menatapku menjadi beku..

Aku mendirikan kota-kota dengan siang-malam yang tidak lagi punya hasrat karena telah dibunuh oleh

teknologi informasi tepat pukul tiga dini hari.

Kenyataan adalah pelaku utama atas terbunuhnya hasrat.

Tetapi tatapannya semakin menambah kebekuan.

Aku masih mengingat nama bahkan kantung matanya yang waktu terakhir kucermati berwarna merah muda.

Diseberang jalan, di kota yang kudirikan, dia telah membunuhku.