Minggu, 29 Mei 2016

Self-confidence

Tentang kepercayaan diri, ada beberapa hal yang penting untuk dianalisa.

Pertama. . .

Budaya yang "mengelilingi" masa kecil seseorang. Pada salah satu scene dari film komedi berjudul Grown Ups 2, terdapat adegan lucu namun juga sangat penting. Seorang Ibu sedang mengajarkan penjumlahan pada anak laki-lakinya yang kira-kira berusia 5-6 tahun. Anak itu dengan 'lucu'-nya memberikan jawaban yang salah pada semua pertanyaan. Di sisi lain dari rumah, Ayahnya memerhatikan dengan ekspresi yang aneh: sebab, setiap anak tersebut memberikan jawaban yang salah, si Ibu tidak pernah menyalahkan. Itulah yang membuat si Ayah bereaksi cukup "aneh".

Kesal, akhirnya si Ayah menguji sendiri anaknya dengan pertanyaan lainnya. Sekali lagi, si anak salah. Si Ibu, melihat reaksi suaminya yang sepertinya tidak baik bagi perkembangan mental anaknya, kemudian menegur suaminya tersebut dengan gestur yang hanya dimengerti oleh orang dewasa. "Jangan rusak rasa percaya dirinya.", begitu bunyi teguran tersebut. Si Ayah dengan hebatnya menerima kenyataan tersebut.

Keluarga, memang harus menjaga rasa percaya diri anaknya sejak lahir. Ilmu pengetahuan memang baik, tetapi kepercayaan diri yang bermasalah, terutama yang disebabkan oleh sikap orang tua yang biasanya cenderung memarahi anaknya demi kebenaran ilmu pengetahuan, akan menanamkan kebenaran yang menakutkan bagi anak tentang ilmu pengetahuan itu sendiri. Maka, sekolah menjadi tidak menyenangkan. Kebodohan pada akhirnya menjadikan anak-anak seorang penakut karena kepercayaan dirinya telah dirusak oleh budaya di sekitarnya.

Kedua. . . .

Semua hal baik harus dimulai dari awal kehidupan. Dunia anak-anak adalah dunia di mana orang tua menjadi contoh yang memengaruhi perkembangan anak. Anak-anak memiliki pembanding yang lebih sedikit daripada orang dewasa dalam mempertimbangkan segala hal. Maka, bolehlah dalam hal ini saya gunakan istilah 'sederhana' untuk menggambarkan kehidupan anak-anak secara umum. Kita sering mendengar pandangan bahwa, 'mulailah dari hal-hal yang lebih kecil', di mana di sini saya menggunakan istilah 'sederhana' menggantikan istilah 'kecil'. Di kehidupan yang sederhana tersebut, anak-anak mulai menjalani hidupnya. Satu-satunya yang bisa mejadi contoh adalah keluarga. Peran penting orang dewasalah yang membentuk karakter anak di kemudian hari, dan karakter sangat dipengaruhi oleh rasa percaya diri.

Jika seorang anak gagal dalam kehidupannya yang sederhana, bagaimana ia dapat menjalani kehidupan remaja dan dewasa yang jelas sekali jauh lebih kompleks? Bagaimana kehidupannya di sekolah? Bagaimana dengan kejujurannya dalam menyatakan pendapat? Dan bagaimana ia dapat menghadapi sebuah lingkungan yang dipenuhi oleh karakter-karakter yang juga mengalami kegagalan pada masa kanak-kanaknya?

Ketiga. . .

Semuanya akan diuji pada setiap orang, dan hidup, tanpa segan-segan memaksa setiap orang yang sudah mulai memasuki masa-masa penentuan sikap untuk memilih karakter seperti apa yang akan dijalani oleh seseorang selama hidupnya di kemudian hari. Sadar atau tidak, setiap orang akan memilih. Alam bawah sadar bereaksi secara otomatis terhadap tekanan yang datang dari luar, apapun itu. Dalam waktu-waktu sulit, seseorang akan menentukan pilihannya: ada yang melakukannya dengan kesadaran dan ada yang tidak. Di saat seperti itu, kepercayaan diri sangat menentukan. Sebab, dengan kesadaran, siapapun akan dapat mempertimbangkan, dan menemukan apa pilihan terbaik untuk hidupnya. Bahkan dalam kondisi tersulitpun, pilihan terbaik akan tetap muncul jika ada rasa percaya diri yang tinggi dalam diri seseorang.

Memang, sangat tidak mengenakkan menyadari bahwa (mungkin) kita telah gagal pada tahap yang sederhana. Tetapi, itu tidak menjamin seseorang akan selamanya menjadi gagal. Segala sesuatu dapat diperbaiki, alam bawah sadar masih dapat ditembus lewat perenungan-perenungan mendalam. Misalnya, seseorang paranoia masih dapat bertarung melawan dirinya sendiri meskipun pada akhirnya harus menyadari bahwa ia sedang menghadapi realitas yang penuh dengan resiko. Pilihan terbaik adalah menghadapi resiko apapun yang muncul setelah seseorang mencoba menjalani hidupnya dengan karakter yang ia pilih untuk hidupnya.

Keempat. . .

Gangguan selalu datang dari hal yang paling dekat. Keluarga, teman, sekolah, bahkan diri sendiri pada suatu masa akan menguji pilihan hidup seseorang. Kepercayaan diri harus muncul sebagai senjata untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut. Memang, dengan meleburkan diri ke dalam aturan dan norma sosial membuat kebanyakan orang merasa normal. Namun, jauh di dalam alam bawah sadarnya, ada sesuatu yang tidak pernah disadari semakin rusak dan kehilangan fungsi, yaitu kepercayaan diri.

Barangkali ada banyak pertanyaan dalam benak kita yang membuat kita tidak nyaman karena kita merasa aneh untuk menyampaikannya kepada orang lain. Sehingga, akhirnya kita tidak dapat melihat bahwa sebenarnya masih ada pilihan terbaik bagi kita untuk tetap yakin pada diri sendiri. Padahal, dengan menyadari bahwa pilihan terbaik itu ada, kita dapat melihat batasan-batasan yang tidak atau belum dapat kita lampaui. Sebab, dengan kesadaran kita tidak akan mengatakan hal yang tidak kita mengerti, atau menceritakan hal yang belum pernah kita lihat dan alami. Tetapi, di sisi lain, kita akan menghadapi apapun yang sedang kita hadapi. Jika pikiran kita diganggu oleh perasaan-perasaan yang menjatuhkan, kesadaran akan merebut kembali kepercayaan diri yang tertekan dan dengan sederhananya kita bisa yakin pada diri kita sendiri dan orang lain. Sebab, kepercayaan diri adalah hal mendasar yang mampu membawa setiap orang kepada kehidupan normal yang sebenarnya.

Minggu, 15 Mei 2016

Fact of Human Beings

This hollow is scaring me but that’s a fact.
Can’t hear anybody though there’s around of humans being.
Staying together and searching for a God.

Kamis, 12 Mei 2016

Sporadis

Aku melihat diriku di dalam kaca, berdiri menatap kepada-ku,

yang berpikir bahwa "akulah sebenarnya yang berada di dalam kaca itu".

Tapi, bagi aku yang sedang merangkai kata demi kata ini,

menatap ke seseorang yang sebenarnya orang lain ini,

adalah sebuah ketakutan yang ku ingat karena sporadis.

Orang Lain...

Rabu, 11 Mei 2016

Welcome to the Future!

Sebuah berita di kolom Career pada majalah The Guardian tanggal 11 Mei 2016 membuat saya cukup kagum dan optimis terhadap kemajuan teknologi dan dunia kerja di masa mendatang. Adalah pada tahun 2030, mengutip Guardian, "More than 40% of jobs are likely to be automated by 2030. . .", di mana "automated" di sini mengacu kepada "Robot Revolution" yang sudah diramalkan oleh negara-negara maju. Percaya tidak percaya, revolusi tersebut memiliki kesamaan dengan Revolusi Industri beberapa abad yang lalu di Inggris; satu hal yang diakui bersama adalah: digantikannya peran manusia oleh mesin dalam aspek industri.

"Isu" di atas tidak terlalu berlebihan, hanya saja, akan bermasalah jika pada akhirnya negara seperti Amerika Serikat dan Inggris berhasil mencapai "Robot Revolution" sementara di sisi lain bumi terdapat negara-negara yang belum siap dengan perubahan yang sedang berlangsung. Dalam artikel yang berjudul "After the robot revolution, what will be left for our children to do?"(The Guardian), masyarakat (terutama di Inggris) telah diberi clue untuk dapat melalui revolusi yang mungkin akan terjadi itu.

"Jobs computer can't do have one thing in common - attentive, human qualities.", begitu menurut pakar ekonomi Oxford University, Dr. Carl Frey.

Siap atau tidak, paling tidak The Guardian telah menyampaikan informasi mengenai suatu revolusi 14 tahun sebelum hal tersebut terjadi.

Ada tiga area di mana robot tidak dapat menggantikan manusia, dan pekerjaan di masa mendatang akan terfokus pada bidang tersebut. Menurut Dr. Carl Frey, bidang tersebut antara lain adalah social, creative, dan autonomus object manipulation. Hanya saja, para calon pekerja yang menempuh jenjang intelektual di Indonesia sepertinya tidak diarahkan pada tiga bidang di atas. Saya pikir, clue-nya sudah cukup jelas bagi para pendidik agar mampu menghadapi Revolusi Robot beberapa belas tahun mendatang.

Frey meyakinkan bahwa masih ada hal untuk dilakukan oleh generasi mendatang jika revolusi benar-benar terjadi. Hanya saja, apakah di negara dengan kerangka berpikir "bekerja untuk gaji" seperti Indonesia tidak akan berdampak buruk? Meningkatnya jumlah pengangguran misalnya. Jika robot menggantikan manusia di perusahaan-perusahaan milik asing yang ada di Indonesia, maka para bos perusahaan tidak perlu lagi pusing-pusing untuk membayarkan gaji. Kemudian, bagaimana nasib dari para pekerja yang pekerjaannya diambil alih oleh robot tersebut? Mereka tidak lagi dibutuhkan.

Sementara itu, kreativitas tidak benar-benar menghasilkan uang bagi masyarakat Indonesia. Barangkali, gerbang dengan tulisan "Welcome to the Future!" tidak akan memberikan kebahagiaan kepada negara dunia ke-3 seperti Indonesia.

Sumber: http://www.theguardian.com/careers/2016/may/11/robot-jobs-automated-work

(Judul Artikel: After the robot revolution, what will be left for our children to do?)

Rabu, 04 Mei 2016

Madness...

Once, She said,"Don't you ever lie to me about everything."

And then I said,"No, I will not." But, you know, I don't believe her and I don't understand her so I decided to myself to do not telling her about a few things. That is a problem below:

There was a time when I was so, you know, and I like to say, "a little problematic". She was called me and she said,"So, what happens to you?", So, I remember what she said about a "lie" to me, and then, I said to her that I was in a complexity troubles such a get hungry, no money in my pocket, I had a problem with my lecture, and asked her, what is the solution to fix this troubles of mine? And then she said," Son, you better be shut up, and don't talk too much about your troubles. I think you already have an understanding to knows about our situation at this time."

And I said,"You said that I couldn't lie to you about everything. But, just now, you said that me be better to shut up? What do you want from me? Am I slavery? Who are you? Now, I'm going too far. I'm sorry."

But still, there is one thing that I want to say to the people like that,"I confuse about the "thinks" that you were thought." I'm in troubles and you know everything about this, but, why you put me between two minds that makes me 'I don't know what I'm going to do' by said, 'don't you ever lie to me about everything', then you said,'son, you better be shut up, and don't talk too much about your troubles'?" Hmmmh. Who are you? You sounds like a parents. Are you a parents? I hope not.

When the kids are in troubles, in my opinion, they will feels like something is hitting them right in somewhere in their minds and feelings, and they've ready to blame even when they're not really sure that they can face the pain instead. And then, still in my opinion, the parents, the adults so, will said to the kids,"Yeah, the reality is really exist." After that, I said to myself,"A long ago, I'd met someone who touched my soul, because he was just brilliant. Yes, I admit it. He was like an American Dreaming Man who can do anything that he wants. Maybe, I'm not right enough about this matter, but, at least, I can put the believing in to myself so I do believe in myself to say everything that I want to say. Not like the Man who dreaming a loud about American Life. I said to myself, I hate this kind of man. Ok, back to the story again. When the reality's coming, this Man, "American Man" (He's not an American Man as Far as I know) he's only said to me, Yeah, I think we must surrender to the things that I was so hatred for that."

And, to be honest, I am really angry for that. Because, this man just do something that everybody know and nothing's special. I'm pretty sure, that this guy, is so afraid of parents old rules. Fuck it!

Well, what about the kids now? What should we do? Life is change in every second time. Sometimes we will being a parents like you. You don't need to worry. And I hope you just think that it's a funny thing that I said. I hope nothing from you, though, on the other hand, I need your help as a parents, adults maybe, to gives us, the kids, a freedom and please do not forces us by your will. Yeah, you only need to give us a foods, and money for the rest of your old rules.

I am very angry on you...

I desperately wants that everybody take this story as a joke, because I want it to be like that.

Thank you...

Selasa, 03 Mei 2016

Akhir..

"Aku ingin menulis!", teriak Raka, bocah 7 tahun.
"Aku tidak mau bakat Ayahku turun ke Anakku." itulah Riijkard, 48 tahun.
"Kenapa Ayah berpikir seperti itu. . . .".

Keindahan taman menghiasi pemandangan belakang rumah mereka. Banyak bunga, tetapi aku tidak mengenal satupun dari mereka. Bukan orangnya, tetapi bunga-bunganya. Itu maksudku. Hmmmhh. Baiklah! Sekarang kita akan masuk ke cerita selanjutnya, apakah si Anak membunuh kakek itu? Kita saksikan bersama-sama.

"Aku bingung."
"Bingung kenapa Ayah?"
"Aku rasa kau belum pantas untuk mengetahuinya."
"Kenapa? Apa karena aku 7 tahun? Sehingga orang dewasa seperti Ayah tidak bermasalah dengan hak-hakku?"
"Apa yang kau bicarakan, Nak? Aku tidak mengerti. Berhentilah meneriaki Ayah."
"Tahukah Ayah mengapa aku berbeda saat ini?"
"Enyahlah Kau dari pikiranku! Aku tidak mengerti dengan apa yang kau jelaskan. Dan, Aku Ayahmu!"
"Shut the Fuck up!", Raka berbisik menggerutu.
"Oh, Tuhan! Aku sangat bangga karena mendapatkan anak yang "berbakat" dari-Mu. Fuck You!!"
"Hey hey hey, Pak. Tenanglah. . ."
"Kau memang lebih pantas menyebutku begitu."

Sebut saja, mereka adalah pasangan yang lucu. Cukup adil, kan? Ya, tentu saja. Jangan menggerutu seperti aku habis terbaring di ruangan terang benderang berwarna putih.

"Raka, di mana Ayah?" Dia bertemu ibu-nya yang telah menanti di luar kamar mandi.
"Aku tidak tahu. Aku pikir kita telah kehilangan dia."
"Apa yang kau bicarakan? Bicarakan sesuatu yang lebih baik dari itu."

Saya potong lagi. Lebih dari itu, antara anak dan ayah itu, ada suatu hubungan tersembunyi yang menjadi tanda. Baik, kita lanjutkan.

"Maksud ibu, ibu lebih membela ayah?"
"Ya!"
"Kenapa?"
"Karena kau masih 7 tahun."