Tentang kepercayaan diri, ada beberapa hal yang penting untuk dianalisa.
Pertama. . .
Budaya yang "mengelilingi" masa kecil seseorang. Pada salah satu scene dari film komedi berjudul Grown Ups 2, terdapat adegan lucu namun juga sangat penting. Seorang Ibu sedang mengajarkan penjumlahan pada anak laki-lakinya yang kira-kira berusia 5-6 tahun. Anak itu dengan 'lucu'-nya memberikan jawaban yang salah pada semua pertanyaan. Di sisi lain dari rumah, Ayahnya memerhatikan dengan ekspresi yang aneh: sebab, setiap anak tersebut memberikan jawaban yang salah, si Ibu tidak pernah menyalahkan. Itulah yang membuat si Ayah bereaksi cukup "aneh".
Kesal, akhirnya si Ayah menguji sendiri anaknya dengan pertanyaan lainnya. Sekali lagi, si anak salah. Si Ibu, melihat reaksi suaminya yang sepertinya tidak baik bagi perkembangan mental anaknya, kemudian menegur suaminya tersebut dengan gestur yang hanya dimengerti oleh orang dewasa. "Jangan rusak rasa percaya dirinya.", begitu bunyi teguran tersebut. Si Ayah dengan hebatnya menerima kenyataan tersebut.
Keluarga, memang harus menjaga rasa percaya diri anaknya sejak lahir. Ilmu pengetahuan memang baik, tetapi kepercayaan diri yang bermasalah, terutama yang disebabkan oleh sikap orang tua yang biasanya cenderung memarahi anaknya demi kebenaran ilmu pengetahuan, akan menanamkan kebenaran yang menakutkan bagi anak tentang ilmu pengetahuan itu sendiri. Maka, sekolah menjadi tidak menyenangkan. Kebodohan pada akhirnya menjadikan anak-anak seorang penakut karena kepercayaan dirinya telah dirusak oleh budaya di sekitarnya.
Kedua. . . .
Semua hal baik harus dimulai dari awal kehidupan. Dunia anak-anak adalah dunia di mana orang tua menjadi contoh yang memengaruhi perkembangan anak. Anak-anak memiliki pembanding yang lebih sedikit daripada orang dewasa dalam mempertimbangkan segala hal. Maka, bolehlah dalam hal ini saya gunakan istilah 'sederhana' untuk menggambarkan kehidupan anak-anak secara umum. Kita sering mendengar pandangan bahwa, 'mulailah dari hal-hal yang lebih kecil', di mana di sini saya menggunakan istilah 'sederhana' menggantikan istilah 'kecil'. Di kehidupan yang sederhana tersebut, anak-anak mulai menjalani hidupnya. Satu-satunya yang bisa mejadi contoh adalah keluarga. Peran penting orang dewasalah yang membentuk karakter anak di kemudian hari, dan karakter sangat dipengaruhi oleh rasa percaya diri.
Jika seorang anak gagal dalam kehidupannya yang sederhana, bagaimana ia dapat menjalani kehidupan remaja dan dewasa yang jelas sekali jauh lebih kompleks? Bagaimana kehidupannya di sekolah? Bagaimana dengan kejujurannya dalam menyatakan pendapat? Dan bagaimana ia dapat menghadapi sebuah lingkungan yang dipenuhi oleh karakter-karakter yang juga mengalami kegagalan pada masa kanak-kanaknya?
Ketiga. . .
Semuanya akan diuji pada setiap orang, dan hidup, tanpa segan-segan memaksa setiap orang yang sudah mulai memasuki masa-masa penentuan sikap untuk memilih karakter seperti apa yang akan dijalani oleh seseorang selama hidupnya di kemudian hari. Sadar atau tidak, setiap orang akan memilih. Alam bawah sadar bereaksi secara otomatis terhadap tekanan yang datang dari luar, apapun itu. Dalam waktu-waktu sulit, seseorang akan menentukan pilihannya: ada yang melakukannya dengan kesadaran dan ada yang tidak. Di saat seperti itu, kepercayaan diri sangat menentukan. Sebab, dengan kesadaran, siapapun akan dapat mempertimbangkan, dan menemukan apa pilihan terbaik untuk hidupnya. Bahkan dalam kondisi tersulitpun, pilihan terbaik akan tetap muncul jika ada rasa percaya diri yang tinggi dalam diri seseorang.
Memang, sangat tidak mengenakkan menyadari bahwa (mungkin) kita telah gagal pada tahap yang sederhana. Tetapi, itu tidak menjamin seseorang akan selamanya menjadi gagal. Segala sesuatu dapat diperbaiki, alam bawah sadar masih dapat ditembus lewat perenungan-perenungan mendalam. Misalnya, seseorang paranoia masih dapat bertarung melawan dirinya sendiri meskipun pada akhirnya harus menyadari bahwa ia sedang menghadapi realitas yang penuh dengan resiko. Pilihan terbaik adalah menghadapi resiko apapun yang muncul setelah seseorang mencoba menjalani hidupnya dengan karakter yang ia pilih untuk hidupnya.
Keempat. . .
Gangguan selalu datang dari hal yang paling dekat. Keluarga, teman, sekolah, bahkan diri sendiri pada suatu masa akan menguji pilihan hidup seseorang. Kepercayaan diri harus muncul sebagai senjata untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut. Memang, dengan meleburkan diri ke dalam aturan dan norma sosial membuat kebanyakan orang merasa normal. Namun, jauh di dalam alam bawah sadarnya, ada sesuatu yang tidak pernah disadari semakin rusak dan kehilangan fungsi, yaitu kepercayaan diri.
Barangkali ada banyak pertanyaan dalam benak kita yang membuat kita tidak nyaman karena kita merasa aneh untuk menyampaikannya kepada orang lain. Sehingga, akhirnya kita tidak dapat melihat bahwa sebenarnya masih ada pilihan terbaik bagi kita untuk tetap yakin pada diri sendiri. Padahal, dengan menyadari bahwa pilihan terbaik itu ada, kita dapat melihat batasan-batasan yang tidak atau belum dapat kita lampaui. Sebab, dengan kesadaran kita tidak akan mengatakan hal yang tidak kita mengerti, atau menceritakan hal yang belum pernah kita lihat dan alami. Tetapi, di sisi lain, kita akan menghadapi apapun yang sedang kita hadapi. Jika pikiran kita diganggu oleh perasaan-perasaan yang menjatuhkan, kesadaran akan merebut kembali kepercayaan diri yang tertekan dan dengan sederhananya kita bisa yakin pada diri kita sendiri dan orang lain. Sebab, kepercayaan diri adalah hal mendasar yang mampu membawa setiap orang kepada kehidupan normal yang sebenarnya.
Menarik.
BalasHapus