Rabu, 11 Mei 2016

Welcome to the Future!

Sebuah berita di kolom Career pada majalah The Guardian tanggal 11 Mei 2016 membuat saya cukup kagum dan optimis terhadap kemajuan teknologi dan dunia kerja di masa mendatang. Adalah pada tahun 2030, mengutip Guardian, "More than 40% of jobs are likely to be automated by 2030. . .", di mana "automated" di sini mengacu kepada "Robot Revolution" yang sudah diramalkan oleh negara-negara maju. Percaya tidak percaya, revolusi tersebut memiliki kesamaan dengan Revolusi Industri beberapa abad yang lalu di Inggris; satu hal yang diakui bersama adalah: digantikannya peran manusia oleh mesin dalam aspek industri.

"Isu" di atas tidak terlalu berlebihan, hanya saja, akan bermasalah jika pada akhirnya negara seperti Amerika Serikat dan Inggris berhasil mencapai "Robot Revolution" sementara di sisi lain bumi terdapat negara-negara yang belum siap dengan perubahan yang sedang berlangsung. Dalam artikel yang berjudul "After the robot revolution, what will be left for our children to do?"(The Guardian), masyarakat (terutama di Inggris) telah diberi clue untuk dapat melalui revolusi yang mungkin akan terjadi itu.

"Jobs computer can't do have one thing in common - attentive, human qualities.", begitu menurut pakar ekonomi Oxford University, Dr. Carl Frey.

Siap atau tidak, paling tidak The Guardian telah menyampaikan informasi mengenai suatu revolusi 14 tahun sebelum hal tersebut terjadi.

Ada tiga area di mana robot tidak dapat menggantikan manusia, dan pekerjaan di masa mendatang akan terfokus pada bidang tersebut. Menurut Dr. Carl Frey, bidang tersebut antara lain adalah social, creative, dan autonomus object manipulation. Hanya saja, para calon pekerja yang menempuh jenjang intelektual di Indonesia sepertinya tidak diarahkan pada tiga bidang di atas. Saya pikir, clue-nya sudah cukup jelas bagi para pendidik agar mampu menghadapi Revolusi Robot beberapa belas tahun mendatang.

Frey meyakinkan bahwa masih ada hal untuk dilakukan oleh generasi mendatang jika revolusi benar-benar terjadi. Hanya saja, apakah di negara dengan kerangka berpikir "bekerja untuk gaji" seperti Indonesia tidak akan berdampak buruk? Meningkatnya jumlah pengangguran misalnya. Jika robot menggantikan manusia di perusahaan-perusahaan milik asing yang ada di Indonesia, maka para bos perusahaan tidak perlu lagi pusing-pusing untuk membayarkan gaji. Kemudian, bagaimana nasib dari para pekerja yang pekerjaannya diambil alih oleh robot tersebut? Mereka tidak lagi dibutuhkan.

Sementara itu, kreativitas tidak benar-benar menghasilkan uang bagi masyarakat Indonesia. Barangkali, gerbang dengan tulisan "Welcome to the Future!" tidak akan memberikan kebahagiaan kepada negara dunia ke-3 seperti Indonesia.

Sumber: http://www.theguardian.com/careers/2016/may/11/robot-jobs-automated-work

(Judul Artikel: After the robot revolution, what will be left for our children to do?)