Senin, 10 Oktober 2016

Histrionic

Entah kenapa, berat menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia.

Setiap kata yang kutulis, terasa berlebih-lebihan, manja, dan menjijikkan.

Kenapa?

Jawabannya adalah: karena aku jijik melihat puisiku sendiri.

Lihatlah, hampir di setiap puisi yang pernah kutulis, aku melarikan diri dari perasaan yang sebenarnya.

Menutupi hal yang sebenarnya.

Aku jatuh cinta, dan aku tidak berani mengatakan apa-apa. Sebaliknya, aku menciptakan diksi-diksi untuk mengatakan bahwa aku ‘baik-baik’ saja.

Karena, kenyataan di dalamnya sangat menakutkan.

Menakutkan sehingga membuatku merasa ingin muntah, tetapi kuanggap hal itu sebagai menjijikkan. 

Bukan menakutkan.

Karena, jika kutuliskan apa yang sebenarnya, menakutkan memikirkan bagaimana aku menghadapi orang-orang di esok hari.

Itulah kenyataannya. Aku ingin menyelami jiwa-jiwa para penulis hebat di dunia, lalu mencari tahu apakah mereka juga mengalami apa yang kualami, melakukan apa yang kulakukan, dan bagaimana rasanya melewati masa-masa seperti itu.

Menghadapi orang-orang di esok hari. Itulah yang sangat menakutkan.

Tapi, aku sedang jatuh cinta, mencari sesuatu untuk memberi makan pikiranku, dan merahasiakan sesuatu.

Histrionic. Ini adalah tentang diriku, bukan kau, kalian, atau siapapun. Aku butuh diriku untuk merasa baik-baik saja.

Untuk tenang,


Dan kuharap, kau juga merasa baik-baik saja....