Minggu, 21 April 2019

Puisi Sayang

Negaraku bagaikan pelita.

Dan pelita, tidak ada yang gemerlapan di tengah benderang,

Jangan ada kata benderang,

“Kan itu hiburan hitungannya? Olahraga,” ujarku.

Adapun, untuk kepahitan, kesakitan, atau pun perasaan luka mendalam yang berada di luar genggaman dan kontrol, Tuhan sajalah yang mengadili.

Dengan sikap-Nya.

Dan di sebuah tembok di bawah jembatan yang jaraknya hanya beberapa menit dari Stasiun Tugu, ‘Chairil Anwar’ berkata, “Mampus kau dikoyak-koyak sepi!”

Dengan sedih, aku mengingat, bahwa itu hanyalah 8 tahun yang lalu.