Untuk saat ini, aku
kehilangan semangatku. Kehebatan yang kemaren telah ditelan oleh
kenyataan yang hadir dengan wajahnya yang menjengkelkan.
Untuk itu, aku
mengambil sebatang rokok lagi dan membakarnya dengan api yang berasal
dari korek gas berwarna kuning. Lalu menghisapnya dan kemudian
asapnya masuk ke paru-paru lalu mengintip bagaimana keadaan hati.
Ternyata hati sedang gelisah.
Dan malam…
Aku tidak akan
memejamkan mataku walaupun sudah saatnya dipejamkan. Biarkan saja ia
melihat bagaimana sebuah kekesalan jiwa hadir di depannya, dimana
harapan yang sangat di impikan tak kunjung datang ketika ia sedang
terbuka, bukan melihat dalam mimpi yang terkadang mendatangkan
kebahagiaan.
Lagu-lagupun sekarang
berarti kesedihan, sendu, kelam, dan menusuk ulu hati.
Di antara semangat
yang hilang, sebatang serokok yang telah dibakar, mata yang belum
dipejamkan, dan lagu-lagu yang sendu, semua itu tersambung atas
sebuah benang merah kekecewaan. Dengan seorang wanita mungil yang
bergelantungan pada benang kekecewaan itu.
Wanita yang memberi
rasa ingin kepada si empunya mata, kepada si perokok, kepada si
pendengar lagu sendu, dan ia masih bergelantungan pada benang merah
berarti asa yang tipis.
Akupun memutuskan
untuk menyambut pagi dengan perasaan kacau, karena sebuah pertanyaan
telah datang,
apa sih yang bisa
ditawarkan oleh kesendirian??
Fauzan Kumbang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar