Aku turut di
bandara Adi Sucipto pukul 2 siang, lalu menunggu jemputan dari seorang teman.
Aku sampai dirumah kontrakan dan langsung membaringkan tubuh dikasur yang
spreinya masih kusut, sekusut pikiranku. Tertidur pulas.
Pukul 7 malam,
aku terbangun. Entah kenapa, aku jadi memikirkan diriku dan manusia-manusia
yang hidup di awal-awal era milenium. Masa kecilku adalah masa dimana
semangat-semangat generasi 90-an masih tersisa di awal-awal milenium. Abangku,
saudaraku yang tertua, setiap hari masih memutar lagu-lagu Red Hot Chili
Pappers, Nirvana, Oasis, R.E.M, dan band-band 90-an lainnya. Hubungan
pertemanannya belum mengenal handphone. Nongkrong, gitar-gitaran, ngeband,
adalah aktivitas mereka yang menurutku sangat menyenangkan. Oh ya, ada satu
lagi, MTV. Hehehe.
Sekitar 5 tahun
kemudian, milenium mulai menunjukkan maksud dan tujuannya. Teknologi-teknologi
modern bermunculan. Handphone, gadget, akses internet yang sangat mudah, masuk
ke dalam wilayah anak-anak muda yang belum siap menghadapi kemajuan zaman
seperti itu. Dan anak-anak muda tergilas karenanya.
Saat ini,
selepas dekade pertama era milenium, kemajuan teknologi semakin menggila.
Benda-benda bukti kemajuan teknologi bisa didapatkan dengan mudah karena
harganya begitu murah. Dan komunikasi, meskipun harganya murah, tetap saja
harus dibeli. Anak-anak muda tidak lebih dari sekedar konsumen.
Musik-musik yang
dulunya disiarkan oleh MTV, saat ini digantikan dengan siaran musik lokal yang
selalu menyesuaikan diri dengan selera masyarakat dan lipsing. Entah kenapa, aku tidak pernah suka dengan kenyataan ini.
Blur adalah band yang
sangat gelisah dengan pergantian abad beberapa tahun yang lalu. Barangkali,
keadaan seperti sekarang inilah yang sangat mereka khawatirkan, dan memang
sangat mengawatirkan. Modern life is
rubbish life!!
Dan anak-anak
muda yang berani-beraninya menuntut reformasi pada akhir dekade 90-an, tidak
pernah dan tidak mampu membaca fenomena tersebut.
Aku curiga bahwa
ada sesuatu yang sangat berkuasa didunia ini yang mampu mengatur
segala-galanya. Mereka mampu menyentuh segala segmen masyarakat, sampai pada
kelompok agamis fanatis yang mengaku-ngaku menentang Amerika Serikat namun
tetap saja rusuh sana-sini seperti kaum Jahiliyah yang diberantas oleh
Muhammad, nabi kesayangan mereka. Mereka, kaum agamis tersebut, adalah bodoh
dan tidak sadar karena mereka merusuhkan persoalan penyimpangan agama setelah
menonton berita-berita di televisi dan internet yang merupakan karya agung
Amerika Serikat, musuh mereka.
Sementara itu,
anak-anak muda di fasilitasi alat-alat komunikasi canggih yang harganya murah
sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengamati permasalahan dunia dan tidak
ada lagi komunikasi intensif di antara mereka.
Dunia
pendidikan-pun juga tidak jauh berbeda. Sistem belajar yang sebelumnya
menggunakan komunikasi verbal, lambat laun mulai dibuat praktis dengan
internet. Antara dosen dan mahasiswa tidak perlu lagi untuk bertatap muka.
Sekolah-sekolah berstandar internasional di bangun dimana-mana, entah benar
berstandar internasional atau berstandar Amerika tidak ada yang peduli.
Siapakah yang
menciptakan hegemoni ini?
Dan aku hidup
disini, aku merasa wajar dan bosan. Tidak ada anak-anak muda yang berpikiran
untuk menjadi sosok yang mendunia. Sementara itu, tidak ada yang patut disalah
atau dibenarkan karena memang bukan itu persoalannya.
Persoalannya
adalah kesadaran mengenai bagaimana dunia saat ini dan apa saja yang telah
dirubah oleh kemajuan zaman, yang menurutku perlu dibangun. Sebagai manusia,
sepertinya baik juga jika kita memelihara hal-hal yang sifatnya manusiawi agar
tidak digilas habis oleh teknologi.
Di luar rumah,
hujan turun secara tiba-tiba. Membawa kesepian yang mengurung manusia, dan
kamarku yang sangat gelap menambah kegelisahan. “Ningsih”, seperti hujan
diluar, nama itu tiba-tiba muncul dibenakku. Kesepian adalah pintunya, rindu adalah
pemberiannya, kesedihan adalah kenyataannya, dan ia semakin menjauh, menjauh,
dan menjauh. Namun belum menghilang......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar