Seseorang
membiarkanku menembak kepala anak lelaki-ku sendiri yang terbaring di
sudut-sudut benar dan salah,
Tangisan
yang membabi buta memecahkan kaca malam yang patuh pada nada dosa yang
bernyanyi di balik mimpi,
Terbanglah
setinggi langit yang membuat setiap orang berhenti bercita-cita, melantunkan
perihal-perihal sombong dan seketika,
Penyair
muda tersesat untuk selamanya, karena jika tidak mati, segelas brendy akan
tertuang di dalam gelas-gelas pengajian yang tinggal menunggu makna dari karma,
Sampaikan
setiap detik waktu yang kuselipkan untuk para dokter dan doctor di ruang kerja
mereka, tanpa nama.
Aku
sudah melupakan setiap kata, norma-norma bukan urusan logika, membayangkan
darahnya, aku tidak mampu berkata-kata,
Sambil
menghisap sisa-sisa. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar