Selasa, 08 Januari 2013

REVOLUSIONER

Aku tak berkenan bicara lantang dan teriak-teriak dijalanan
mengibarkan spanduk-spanduk provokatif,
dan mengaku diri sebagai "revolusioner" sejati.

Lalu, apa yang hendak kulakukan?

Aku ingin mencintai seorang gadis. . .



Jogja.

Di Suatu Tempat, Di Suatu Malam

Ku luangkan waktu,

kendati kantuk menderu

hati tertunduk lesu,

Hanya berharap bertemu,

kamu. . .


Yogyakarta

Selasa, 01 Januari 2013

Permainan

Kita ini hidup di Ruang Permainan, maka ayolah, kita bermain.
Jangan kau sembunyikan gelisahmu di sebuah keseriusan
Dimana tak terdapat kata-kata untuk di puisikan
karena, bagiku, puisi jugalah sebuah permainan.

Kita ini hidup di Ruang Permainan, Maka ayolah, kita bermain.
Jangan kau palingkan matamu pada sebuah rasa malu
Dimana tak terdapat keberanian yang menghiasinya
Karena bagiku, keberanian jugalah sebuah permainan.

Kita ini hidup di Ruang Permainan, maka ayolah, kita bermain.
Jangan kau simpan kenikmatanmu pada formalitas hidup semata
Dimana pada hakikatnya hidup ini harus dinikmati, bukan di selesaikan
Karena bagiku, kenikmatan jugalah sebuah permainan.


Kita ini hidup di ruang permainan, maka ayolah, kita bermain.
Jangan kau tutup hatimu pada sebuah kerahasiaan
dimana tak terdapat cinta yang dapat kulihat
Karena, bagiku, cinta pun merupakan sebuah permainan.


Hidup ini harus dinikmati, jangan kau anggap sebagai tugas kuliah yang harus diselesaikan
Kita hidup di Ruang Permainan, Maka ayolah, Kita bermain...

Minggu, 30 Desember 2012

Hujan...

Hari ini, aku memandang hari sebagai Awan mendung yang ditembusi panas cahaya matahari, terus jatuh ke Bumi. Mengenai kulit manusia... Huhh! 

Panasnya adalah sebuah pertanda, panas menusuk.
dan memang basah sekali hari ini, dengan matahari yang menghujamkan panasnya ke awan mendung.

Tidak pernah ku sukai hal semacam ini, kontradiksi yang tidak dapat dinikmati, mendung bertemu dengan cahaya matahari. Jika ingin gelap, gelaplah sekalian!!

Biarkan aku menatap mata dari setiap hujan yang turun dengan langit yang gelap.

Dan jika sudah tiba waktunya untuk kecerahan menjilati kulit bumi, maka cerahlah dengan secerah-cerahnya.

Minggu, 23 Desember 2012

SISTEMATIKA KEHIDUPAN



Hidup punya sistematika, sebuah sistematika yang terstruktur. Dimana sistematika kehidupan itu diletakkan pada posisi yang berurutan dalam sebuah struktur yang mengantonginya. Ada bagian penting dan ada bagian yang cukup penting, karena tidak ada sesuatupun dalam hidup ini yang tidak penting. Dan penting atau cukup pentingnya sesuatu, tergantung pada situasi dan kondisi yang berkaitan dengan kebutuhan dari Individu.

Dan selanjutnya, mari kita menuliskan "Sistematika Kehidupan" itu kedalam sebuah puisi:

SISTEMATIKA KEHIDUPAN

Desember telah basah karena hujan, dan diri kini termenung di sebuah pertigaan jalan dan menatap aspal yang basah, orang lalu-lalang, dan segelas kopi yang masih panas.

Hidup adalah kepentingan, karena setiap orang punya kepentingan. Termasuk diri ini, juga tidak terlepas dari kepentingan.

Tapi, dunia punya jutaan bahkan triliunan hal yang mampu membuat orang lupa akan diri sendiri, lalu terlepas menuju langit yang tak terjangkau oleh jari manusia.

Lalu, tertinggallah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu Sistematika Kehidupan.

Tapi, basahnya Desember ini, menghantarkan kesadaran yang dulu pernah direnggut oleh kesenangan mencumbu metafisis

Dan lukisan peta sistematika kehidupan itu mulai terlihat dari timbunan debu yang disiram oleh hujan di bulan Desember ini.

Disertai senyum manis dari seorang anak muda yang jungkir-balik karena pencarian atas peta miliknya itu.

Sekarang, ketika peta sudah ditemukan, maka rasio akan memulai tugasnya; membangun fasilitas yang menjadi sarana dalam penuntasan setiap bagian yang ada dalam permainan Tuhan ini.

Dan akhirnya, mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa kita sebenarnya tidak bebas, kita melanglang-buana di dalam struktur yang diciptakan Tuhan.

Dan akhirnya, mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa Tuhan itu Ada...


Yogyakarta, Desember 2012

Sabtu, 10 November 2012

SAJAK KEBINGUNGAN


Merasakan seseorang wanita dari dalam hati saja adalah salah satu dari beribu ketidaknyamanan yang ada di dunia ini.

Berkeliaran saja Dia tanpa perduli dengan situasi, seenaknya saja hingga diri terbentur dalam satu kebingungan.
S
atu pertanyaan muncul dari dalam kebingungan, “apa yang harus dilakukan?”

Dan solusi? Seakan-akan jauh tak terjangkau. Dan jika banyak yang berucap soal hidup adalah kegelisahan, itu wajar.

Kita selalu gelisah, ada waktu yang tersisih untuk sang gelisah datang bertamu dan mengganggu sang tuan rumah.

Dan diri, selalu gelisah karena bayang-bayang dan mimpi yang datang membawa dirinya dalam angan berujung sepi selalu saja menghantui tanpa membonceng sang solusi.

Keinginan utama tidak pernah menjadi hal yang paling dekat untuk dijangkau, karena manusia terlalu suka bermimpi.

Tapi, mimpi adalah hal yang paling tulus, namun “mungkin” tidak logis untuk direalisasikan. Belajar untuk hidup bersama hal yang tidak sepenuhnya diinginkan, mungkinkah itu merupakan solusi? Mungkin saja, kendati diri sedikit ragu untuk mengatakan iya.

Atau, biarkan itu menghantam diri sampai pada fase dimana rasa muak datang dan membunuh mimpi yang memanifestasikan dirinya menjadi ketidaknyamanan itu?

Yang jelas, aku ingin menghidupkan mimpi-mimpi itu dalam wujudnya yang utuh ke dunia nyata, kedepan mata dan bisa kusentuh dirinya.

Dan aku telah menyentuhnya.

FAUZAN KUMBANG

Jumat, 09 November 2012

Seorang Wanita yang bergelantungan pada benang merah kekecewaan itu…

-->
Untuk saat ini, aku kehilangan semangatku. Kehebatan yang kemaren telah ditelan oleh kenyataan yang hadir dengan wajahnya yang menjengkelkan.

Untuk itu, aku mengambil sebatang rokok lagi dan membakarnya dengan api yang berasal dari korek gas berwarna kuning. Lalu menghisapnya dan kemudian asapnya masuk ke paru-paru lalu mengintip bagaimana keadaan hati. Ternyata hati sedang gelisah.

Dan malam…

Aku tidak akan memejamkan mataku walaupun sudah saatnya dipejamkan. Biarkan saja ia melihat bagaimana sebuah kekesalan jiwa hadir di depannya, dimana harapan yang sangat di impikan tak kunjung datang ketika ia sedang terbuka, bukan melihat dalam mimpi yang terkadang mendatangkan kebahagiaan.

Lagu-lagupun sekarang berarti kesedihan, sendu, kelam, dan menusuk ulu hati.

Di antara semangat yang hilang, sebatang serokok yang telah dibakar, mata yang belum dipejamkan, dan lagu-lagu yang sendu, semua itu tersambung atas sebuah benang merah kekecewaan. Dengan seorang wanita mungil yang bergelantungan pada benang kekecewaan itu.

Wanita yang memberi rasa ingin kepada si empunya mata, kepada si perokok, kepada si pendengar lagu sendu, dan ia masih bergelantungan pada benang merah berarti asa yang tipis.

Akupun memutuskan untuk menyambut pagi dengan perasaan kacau, karena sebuah pertanyaan telah datang,

apa sih yang bisa ditawarkan oleh kesendirian??

Fauzan Kumbang