dan semuanya telah terlambat. Entah
kenapa, tiba-tiba saja langit membeku di hadapanku memantulkan warna awan yang
pudar.
Barusaja ada yang berlari
melewati mataku yang tidak pernah tahu apa makna silau yang menerpa, diam.
Berlari yang memperkenalkanku
pada aku yang lupa siapa aku, tapi tanganku terkepal. Apa sebenarnya waktu?
Dinamit menghantam dinamit, lalu angin
akan meniupkan puing-puingnya ke mataku, perih. Aku mendengar suara melengking
yang melesat jauh merobek kata-kata menjadi amnesia.
Benarkah?
Cerita dari selatan Jakarta, aku
sibuk di goyah Grunge ditengah-tengah malam yang terbakar.
Cita-citaku adalah menjadi gelap
yang sendiri. sambil merobek-robek sejumlah kertas yang amnesia lalu kuludahi
semuanya.
Mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar