Senin, 25 November 2013

Ludah


dan semuanya telah terlambat. Entah kenapa, tiba-tiba saja langit membeku di hadapanku memantulkan warna awan yang pudar.

Barusaja ada yang berlari melewati mataku yang tidak pernah tahu apa makna silau yang menerpa, diam.

Berlari yang memperkenalkanku pada aku yang lupa siapa aku, tapi tanganku terkepal. Apa sebenarnya waktu?

Dinamit menghantam dinamit, lalu angin akan meniupkan puing-puingnya ke mataku, perih. Aku mendengar suara melengking yang melesat jauh merobek kata-kata menjadi amnesia.

Benarkah?

Cerita dari selatan Jakarta, aku sibuk di goyah Grunge ditengah-tengah malam yang terbakar.

Cita-citaku adalah menjadi gelap yang sendiri. sambil merobek-robek sejumlah kertas yang amnesia lalu kuludahi semuanya.

Mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar