Sabtu, 09 April 2016

Nabi

Jika seseorang dapat memahami apa itu sebenarnya kutukan, maka sudah sepatutnyalah ada cita-cita yang harus dipelihara olehnya.

Karena harapan yang besar adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan orang-orang disekitarmu.

Tuhan, entah kenapa aku harus jujur untuk mengatakan aku malu sampai harus mengucapkan nama-Mu, aku tidak tahu.

Mimpi menjadi kenyataan. Sebuah horor dan seorang penyelamat.

Ini adalah akibat dari kemalasan, kutukan nenek moyang, kebencian seorang guru, dan ketidakpedulian, rasa lapar, rasa takut untuk disalahkan, kemabukan, intuisi yang berkelana, pertemanan yang penuh dengan kebencian dan rasa curiga, kepalsuan dunia, dan keengganan untuk menuduh.

Ini adalah sebuah Petualangan Besar!

Seperti sebuah tawaran dari Seseorang entah di mana, lalu sesuatu menguap menghilangkan akal sehatku.

Apakah malu adalah satu pertanda bahwa ada Sesuatu yang memberitahu manusia tentang kerendahan hati dan refleksi yang hidup di dalam diri mereka?

Aku hanya ingin menulis puisi. Dengan segala kerendahan hati. Dengan semua yang mampu ku refleksikan. Apakah aku sudah mendengarkan-Mu?

Dan, akhirnya aku merasakannya: Aku memiliki waktu untuk meragukan-Mu.

Lalu aku membayangkan: seorang ibu akan menangis karena ketidakmengertiannya terhadap puisi ini. Karena dia mungkin tidak tahu, bahwa Engkau-lah yang selama ini kucari.

Dan kemudian, apakah ini setan atau Tuhan?

Atau, semua hanyalah musik? Lalu semuanya kembali lagi kepada kenyataan.

Hal yang paling tidak kuinginkan saat ini. Egoisme versus sosialisme, kapitalisme versus komunisme, kegilaan versus kewarasan. Selamanya dunia ini adalah arena pertarungan; di mana seorang penyendiri sangat membenci dunia sekitarnya; sementara cinta adalah masalalu.

Romantisisme memang mengacu pada kisah percintaan, di mana setiap orang ingin kembali padanya dengan berhalusinasi melihatnya di masa depan. Harapan yang sangat nikmat.

Kenyataan, Nak! Kenyataan!

Sudah waktunya kau harus melupakan kehidupanmu.

Tapi aku tidak mau sedetikpun berada di luar puisi. Meskipun kenyataannya tidak begitu.

Seseorang yang tengah marah mengatakan pada dirinya sendiri kata-kata yang sudah dilupakannya mengenai “giliran”.

Percaya tidak percaya, aku akan kaya. Dan aku tidak pernah sedikitpun menginginkannya.

Namun, ketika aku kembali, aku merasakan keinginan untuk menjadi kaya.

Ini hanya perbedaan serupa yang memberi alasan mengapa di dunia ini terdapat kapitalis-komunis, berkuasa-dikuasai, ataupun surga dan neraka.

Puisi bukan permainan kata-kata untuk kesenangan dunia tetapi tanpa makna atau sembarang makna,

Sebab, Tuhanlah yang membisikkan kata-kata dalam puisi kepada para penyair!

Narsisme bukan untuk bermain-main.

Dan, aku tidak mungkin menulis puisi dengan seseorang di sisiku.


Meskipun aku menginginkan Ningsih-ku untuk melakukannya.

Jumat, 08 April 2016

Aku benar-benar mencintaimu, Ningsih


Aku harus mengulang tahun depan; mungkin aku benar-benar salah (pecundang), atau, mungkin seorang guru memendam benci sehingga aku di kutuk oleh Tuhan setelah aku dibuat-Nya menderita kelaparan.

Aku merasa ada sesuatu yang berkata,”Haram bagimu untuk memberi complain! Lapar-mu, urusan-mu.”

Akhirnya, aku setuju untuk meletakkan kesalahan, semua kesalahan, semua kesalahan, semua kesalahan, semua kesalahan, semua kesalahan, semua kesalahan, semua kesalahan, semua kesalahan, semua kesalahan. . . pada perasaan yang ku nilai memang pantas menjadi ANJING!

Jika aku bercerita, baunya sama seperti muntah seorang pemabuk yang membuat orang lain muntah.
Jika aku bertanya,”Apakah ada alasan untuk kegagalan setelah seorang guru mempecundangi-ku di hadapan “asjbfajkcva” dan aku memang telah dikutuk?”

Jawabannya adalah ‘tidak ada’ karena sesekali aku membenci semua orang. Dunia tidak punya hati nurani sejak uang memperkosa ibu dan ayah dan kakak yang melaju kencang dengan suaranya yang menakutkan, Thor!!

Aku harus mengulang tahun depan. Sepertinya seorang guru pernah membenciku. Sepertinya seorang guru pernah membenciku. Pernah membenciku. Membenciku.

Dan seseorang tidak bisa menyelesaikannya kecuali diriku.


Aku tidak tahu, Tuhan entah di mana, Ning….

Minggu, 27 Desember 2015

Filsafat

Bagaimana jika......

Socrates,

Plato,

Aristoteles,

St. Augustine,

John Locke,

Descartes,

Spinoza,

David Hume,

Hegel,

Karl Marx dan Engels,

Foucault,

Freud,

Mereka semua,

Berdiskusi via Facebook?

Democracy

Democracy

Jangan pernah meletakkan binatang di bawah kolong rumah. Sebab, bagaimanapun kita adalah sesama makhluk.

Para manusia saja yang menganggap dirinya lebih tinggi.

Dan media menjualnya dalam bingkisan kutipan.

Yang kemudian para manusia baca, tonton, dengar, dan sebagainya.

Seperti kata sebuah pepatah demokratis,


“Dari Manusia, Untuk Manusia, Oleh Manusia”.

Selasa, 22 Desember 2015

Ishak, apa yang terjadi pada Layla?

Ada yang tidak biasa dengan Layla, waktu dirinya tengah menunggu waktu bagi seseorang untuk membuatnya bahagia pada hari ini. Sekitar pukul 10.15 pagi, waktu itu sekolah sedang jam istirahat, semua anak-anak kelas 3 IPS 3 seperti sedang menanti-nanti sembari menatap ke kursi pojok paling belakang; seorang wanita berusia menjelang 17 tahun yang tersipu malu. Di lorong jalan di depan kelasnya, beberapa orang wanita, yang notabene ada teman Layla sendiri, berteriak histeris melihat Ishak berjalan sendiri dan berhenti di depan Laila, seorang gadis pemurung yang sudah sejak SMP digilainya.

Semua orang di sekolah sudah tahu itu, suatu saat mereka akan menjalin hubungan. Tapi enam tahun adalah waktu yang cukup lama untuk menahan gejolak untuk memiliki. Tapi, itulah yang terjadi. Sejak usia 12 tahun, Ishak sudah tidak mengerti, dan kebingungan mengenai apapun tentang Layla. Hari ini, semua orang di sekolahan akan mengetahui bagaimana akhir dari perjuangan cinta Ishak. Semuanya akhirnya akan tahu.

6 tahun silam....

Ia tengah merasa dalam suasana hati yang paling bahagia pada waktu itu. Kegemilangan prestasi, kemudahan yang diterimanya karena itu, teman-teman yang menghormatinya, membuat dirinya merasa begitu percaya diri menjalani apapun sehari-harinya. Tahun pertama di SMP, semuanya terlihat luar biasa dan sempurna. Di dalam kesempurnaan itu, Ishak secara tidak sengaja menemukan hal yang merubahnya di masa depan. Yaitu Layla yang sudah lebih dahulu terpikat, mulai mencari-cari sesuatu dari dalam mata Ishak.

Wanita itu dengan sangat luar biasa menancapkan bayangannya di dalam benak Ishak. Ketika mereka sedang bertatapan mata di waktu jam pelajaran, tak lama kemudian suara petir menyadarkan lamunan yang tak akan pernah mereka lupakan itu. Mereka - dan semua - kembali pada pelajaran. Waktu itu kelas 7 tiga sedang menjalankan pelajaran terakhir. Sementara di luar, mendung sudah mulai menutupi sinar matahari. Suara petir barusan diikuti oleh hujan deras yang mengurung semua orang dalam ketakutannya di dalam kelas.

Suara lonceng sudah berbunyi menandai jam pulang. Namun, hujan masih begitu deras dan mereka terkurung di sana. Ishak berdiri di tepian saluran yang berada di tepi bawah atap yang berbatasan langsung dengan hujan. Tentu saja, ia tak berniat untuk melangkah ke dalam hujan. Dia akan menunggu untuk itu. Tetapi, seseorang mendorongnya sehingga ia mau tidak mau harus sedikit membasahi seragam sekolahnya.

Akhirnya, Ishak berada di rumah dalam keadaan basah kuyup. Ia tidak mau menunggu lagi kapan waktunya hujan berhenti. Ketika ditanya, "kau benar-benar sendiri tadi?" oleh ibunya, Ishak mengatakan bahwa ia bertemu Ibu Susi tadi di perjalanan dan kemudian berbagi payung dengannya.

Dia melihat ke bawah tudung, ada goreng ikan nila dicampuri dengan cabe yang digiling dan digoreng pula. Rasa bumbu khas ibunya menyatu di dalam khayalannya yang lapar. Ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupnya.

"Hmmm, aku sangat lapar." Ucap Ishak dilanjutkan dengan suapan pertamanya.

"Tapi, tadi kalau saja aku tidak terlanjur basah setelah didorong oleh anak itu, tentu saja aku tidak akan bertemu dengan masakan lezat ini sekarang. Aku bertekad pulang karena bajuku sudah basah. Kebetulan yang menyenangkan."

Keesokan paginya, di dalam kelas 10 menit sebelum lonceng jam pelajaran pertama berbunyi.

Layla terlihat gelisah. Sejak awal dia tiba di kelas, dia sudah seperti itu. Suara bisikan teman-temannya terdengar samar-samar oleh Layla, tapi diacuhkannya. Lima menit sebelum jam pelajaran pertama, seseorang masuk ke dalam kelas dan duduk di sudut yang berbeda dengan Layla. Laki-laki itu tampak masih mengantuk. Ia menghempaskan ranselnya di atas meja kemudian menempelkan kepalanya di atas benda tersebut. Seseorang melemparnya dengan bola kertas. Ketika ia terbangun, seorang lelaki pendek tertawa padanya. Kemudian, lelaki itu kembali menempelkan kepala ke tempat sebelum. Tak lama kemudian, ia kembali dilempari dengan bola kertas, kali ini tepat mengenai bagian wajahnya sebelah kanan. Dia hendak marah namun dengan cepat segalanya hilang ketika melihat Layla tiba-tiba berdiri di sampingnya.

"Aku minta maaf." Ucap Layla sembari mengulurkan tangannya.

"Untuk apa?" Tanya Ishak di balik muka kusutnya.

"Mendorongmu ke dalam hujan."

"Kamu sengaja, ya?"

"Aku duduk di depanmu saja mulai hari ini." Kemudian Layla membawa peralatannya ke kursi barunya.

Ishak ingat sekali, bahwa waktu itu mereka sedang menjalankan mata pelajaran matematika di bawah pengajaran Bapak Masrijon, salah satu guru senior di sekolah. Urutan variabel, angka, dan rumus-rumus yang membosankan yang tertera di papan tulis tidak berhasil mengalihkan pikiran mereka berdua. Pada hari itu, mereka sudah memulai sesuatu yang liar; meninggalkan pelajaran dan hanya berbicara tentang diri mereka sendiri satu sama lain. Sampai-sampai beberapa menit kemudian tidak terdengar lagi suara guru matematika itu, begitu juga dengan suara semua siswa di kelas. Ishak mencoba menatap ke arah guru tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi, ia kemudian kembali menundukkan kepala. Sebab, yang ditatapnya pertama kali saat ia menatap gurunya adalah mata Bapak Masrijon.

"Kalian tahu apa itu hati? Di mana letak hati itu? Jika ada yang tahu (ia kemudian menunjukkan ibu jarinya kepada semua siswa di kelas)." Guru matematika itu mengakhiri pertanyaannya dengan senyum yang dilemparkannya secara bergantian kepada Layla dan Ishak.

Pertanyaan itu membuat mereka berpikir. Terutama Ishak, tidak pernah sekalipun berhenti memikirkan pertanyaan itu, hal yang paling menjauhkannya dari Layla. Dan benar saja, dua tahun terakhir di masa SMP dia habiskan waktunya untuk mencintai diri sendiri. Entah bagaimana, Ishak mampu membiarkan dirinya merasa sepi di malam hari dan meninggikan egonya di waktu sekolah. Layla hanya menjauh dan menjauh, bertemu dengan teman-temannya, mendirikan geng wanita bersama dua orang teman dekatnya, dan merekrut banyak anggota baru. Sementara Ishak, hanya sibuk dengan dirinya. Bahkan ketika ia tahu dan melihat sendiri bagaimana banyak laki-laki lain menggoda Layla, rasa cemburunya yang menggila disekap sebelum hal itu bangkit dan menyiksa Ishak pada malam hari. Perasaan seperti itu hanya membuat ia merasa sangat remaja.

Satu hal yang pasti, apapun yang Ishak lakukan untuk mengatakan bahwa ia mampu berdiri sendiri di hadapan Layla, tetap saja Ia tak akan mempu untuk menipu dirinya sendiri bahwa di saat semua orang tidak menyadari, Ishak selalu mencuri pandang jika Layla terlihat. Entah apa yang ada di dalam kepalanya? Bagaimana cara ia berpikir? Tidak ada seorangpun yang mengerti. Tapi dia terlihat yakin atas apa yang dilakukannya, atas penderitaan yang dimulainya.

Begitu juga dengan Layla, dia mampu menemukan dirinya sendiri. Melepas Ishak memang cukup menghancurkan perasaannya, tapi kehidupannya semakin menguat. Ia menjadi tertarik dan mengerti akan banyak hal. Pernah mendirikan sebuah geng wanita paling disegani di sekolah membuat Layla sangat mengerti akan loyalitas berteman. Tak terlupakan.

Ishak sendiri, akhirnya mulai bermain musik. Ia menutup masa SMP-nya dengan menjadi band pengisi di acara perpisahan. Dengan begitu sederhana dia membawakan Sweet Child of Mine. Dan mendapatkan seorang gadis.

Masa SMA...

Sebuah permulaan baru. Kini Ishak menggunakan celana abu-abu panjang, bukan celana biru-pendek lagi. Itu terjadi ketika beberapa waktu lalu, Ishak, tepat pada hari sama dengan hari diumumkannya siswa yang diterima di SMA 1, mengirimkan dua pesan pendek lewat ponselnya secara bergantian. Setelah mengirimkan pesan pendek untuk kekasihnya, Ishak juga mulai membuka komunikasi dengan Layla. Permulaan baru yang akan menghancurkan hati seseorang beberapa hari kemudian.

"Aku bosan." Begitu isi pesan pendek Ishak kepada kekasihnya.

"Jelaskan!" Beberapa menit kemudian kekasihnya membalas pesan Ishak.

"Aku hanya bosan, dan aku serius."

"Aku menyesal! Kamu orang yang salah!" Begitulah akhirnya, hubungan Ishak dan kekasihnya berakhir.

Sementara pada pesan pendek lainnya, Ishak menuliskan puisi-puisi indah untuk Layla. Begitu menyenangkan, menurut Ishak. Kemudian, waktu tiba-tiba melambat semenjak saat itu. Ishak dan Layla seperti menjadi dunia malam yang penuh dengan cerita cinta saling menyandarkan diri di sekitar hangatnya kobaran api untuk di malam itu.

Setelah menunggu lama, hari ini akhirnya Ishak memberanikan diri. Sudah dua tahun semenjak kenaikan kelas 10. Layla masih duduk gelisah di sudut paling belakang ruang kelas. Ishak kini berada tepat di depannya, berdiri sambil memasukkan tangan ke dalam kantong celananya. Ishak akan mengutarakan perasaannya pada Layla hari ini. Semua orang di sekolah sudah menunggu peristiwa ini terjadi.

Semuanya seperti terbangun dari mimpi. Mimpi indah untuk Ishak, tontonan di dalam impian tidur bagi kebanyakan orang, dan pikiran yang sangat menyenangkan untuk dirasuki bagi Layla. Ishak terbangun dari tidurnya, menatap jam dinding, dan mengumpat.

"Sialan! Aku terlambat lagi!"

Jalanan begitu macet pada pukul 9 pagi di jalanan kota. Menghindari macet dan stress, Ishak mengikuti mobil di depannya berbelok ke arah rumah makan cepat saji. setelah memarkir mobilnya beberapa meter dari mobil yang diikutinya tadi, Ishak menyempatkan diri untuk berpikir sejenak tentang siapa dirinya. Seorang anak laki-laki lima tahunan keluar dari mobil yang berada di depan mobil Ishak tadi, gerak-geriknya membuyarkan pikiran Ishak. Anak itu bersama ibunya. Setelah memastikan dirinya sendirian, ia keluar dari mobil dan berjalan pelan ke dalam rumah makan.

Ketika menutup pintu, anak lima tahunan dari terlihat sedang bermain di pojok anak sementara ibunya pergi memesan dan menunggui makanan datang. Ishak memilih meja di sebelah pintu masuk. Ia memesan hotdog dan beer untuk pagi yang sumpek itu. Anak lima tahunan tadi berkeliaran ke sana ke mari, keluar-masuk, setelah mendapatkan segelas es krim dari ibunya.

Anak itu terlalu gembira pada saat itu berlari melewati pintu masuk, sehingga tidak menyadari gelas es krim ditangannya kini bersentuhan dengan rok kantoran milik seorang wanita yang barusaja masuk. Sisa es krim melelehi rok tersebut. Kemudian si anak menangis berlari menuju sang ibu.

"Anda tidak apa-apa?" Tanya Ishak kepada wanita yang terkena lelehan es krim tersebut sembari memberikan tisu. Tapi, sejujurnya, ia tidak terlalu yakin bahwa anak kecil itu benar-benar bersama ibu aslinya.

"Aku tidak apa-apa. Terima kasih."

"Bukankah aku mengenalmu?"

Pukul 11 siang Ishak baru tiba di ruang kerjanya. Di sepanjang jalan dari pintu masuk kantor hingga pintu masuk ruang kerjanya, tatapan orang tidak beralih dari dirinya. Termasuk bos-nya.

"Ishak!" Sapa sang Boss.

"Ya, Pak!"

"Sudah berapa kali kau terlambat?"

"Eh, mungkin sekitaaaaar, 9-10 kali, Pak."

"Itu artinya kau juga ingat, sudah berapa kali aku memaafkan kesalahanmu."

"Maafkan saya, Pak"

"Kembali ke ruanganmu." Sang Boss berlalu di balik pintu kamarnya.

Dia tidak berhasrat kerja hari ini. Dia ingin mencari alasan yang tepat agar dia dapat pulang dengan izin. Sebab, dia hanya ingin di rumah hari ini. Sendiri.

Seperti pada saat itu, dia sendiri menemui Layla dan berdiri cukup lama di hadapannya. Apa yang akan dikatakannya? Tidak, dia hanya melihat, dengan sangat lama, sehingga begitu dalam, dan terjadi dengan begitu saja. Siswa lain yang menyaksikan hal itu tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Ishak. Dengan tiba-tiba menatap seorang perempuan dengan sangat lama. Semua orang semakin tidak mengerti ketika melihat Ishak dengan santainya berbalik badan dan pergi kembali ke kelasnya. Tapi sebagian dari mereka yang menyaksikan, ada yang mengerti ketika tak lama setelah Ishak menjejakkan langkah pertamanya, Layla menitikkan air mata tanpa suara sehingga tidak terdengar di telinga Ishak.

Saat ini, dirinya pun kembali sendiri dan terbawa kembali pada masalalu. Pikirannya melompat kepada tingkah laku anak kecil sewaktu sedang berada di rumah makan cepat saji, kemudian melompat kepada macet, seorang ibu yang mengantre, dan seorang perempuan yang dilelehi es krim oleh anak berusia lima tahunan. Wanita itu muncul lagi dalam pikirannya. Ishak melihat dirinya tengah berbincang dengan si wanita es krim. Ia mendekati dirinya dan wanita itu,

"Bukankah aku mengenalmu?"

"Mama. Ini tisunya. Aku dan Tante Ovi duduk di sana, Mama." Anak yang nakal itu ternyata melelehi rok ibunya sendiri dengan es krim. Prasangka Ishak tentang ibu asli anak itu ternyata benar.

"Terima kasih. Hati-hati mulai dari sekarang. Ini anakku, di lima tahun, barusaja beberapa bulan di taman kanak-kanak. Dia anak yang pandai."

"Siapa namanya?"

"Robert, perkenalkan dirimu pada oom ini."

"Nama saya Robert, Om."

"Sekarang, waktunya Oom ini yang mengenalkan dirinya kepada Robert." Layla tersenyum aneh bersama dengan ucapan itu.

"Namaku Ishak, panggil saja aku begitu. Bagaimana ibumu? Apakah dia baik?"

"Ishak, kamu tidak pantas membicarakan ini di depan Robert! Dia tidak tau apa-apa!" Sanggah Layla.

"Mengapa kamu begitu tersinggung?" Ishak menyadari, akan ada pertarungan hebat malam ini.

"Jangan teriak kepada ibuku, Tuan! Anda boleh pergi dari sini!" Robert membela ibunya.

"Kau akan tahu Robert, akan tergila-gilanya aku pada ibumu sebelum engkau lahir ke dunia yang aneh ini. Kau akan tahu itu. Kemudian, kau tak akan berani berteriak padaku seperti pada masa kau kecil ini. Tak akan ada keindahan. Kau akan tahu itu."

"Cukup!! Ishak, kau BAJINGAN!!!" Teriak Layla.

"Ya, aku memang bajingan. Tapi aku juga mencintaimu. Apa ada yang salah dengan itu?"

"Kau!! Kau memang..." kemudian Layla tersengguk dan menangis tanpa suara. Dan melanjutkan perkataannya, "tidak pernah berubah. Kau tahu? Aku menyesal selalu menjauh darimu. Aku menyesal, setelah mengetahui bahwa kau tidak pernah berubah. Robert anak pertamaku, dan dia sedikit mengingatkanku pada dirimu."

"Apakah kita akan berbicara sambil berdiri seperti ini, atau kau bersedia untuk duduk dan bicara denganku? Mengerti?" Tanggap Ishak.

"Baiklah. Sekarang, apa maumu?" Tanya Layla.

"Tidurlah denganku. Malam ini saja. Aku mohon!"

"Kau pikir aku ini apa? Lalu, bagaimana dengan Robert?

"Robert bisa tidur di apartmenku. Masih ada beberapa kamar kosong untuknya."

"Apakah kamu serius?"

"Aku sangat serius dan mengerti bahwa kau masih bersuami."

"Jadi?"

"Tidurlah denganku malam ini."

"Baiklah, tapi ajak Robert bermain."

"Ok!"

Mereka duduk di atas sofa yang di letakkan lima meter dari layar televisi. Di antara kedua hal itu, manusia dan televisi, Robert bermain sendirian dengan boneka robotnya yang bertarung melawan dinosaurus. Malam itu cuaca cukup dingin tentunya.

"Bagaimana keadaanmu?" Ishak membuka pembicaraan.

"Masih berpikir mengapa saat ini bisa terjadi."

"Coba kau jelaskan lebih dalam kalimat yang baru saja kau ucapkan, Nona!" Ishak memancing amarah Layla, hal yang paling disukainya.

"Aku menyadari pancingan itu, dan aku menginginkannya!" Mereka berciuman. Menunggu jam tidur Robert tiba, dan bercinta untuk pertama kalinya.

Minggu, 20 Desember 2015

Tomorrow Never Comes

People trying to get a storm in their beautiful life,
Through every single things in the bottom of the time.
Standing in the name God. So far away from home, then I'll be a homeless
whose sleeping in the rent room.
Talking to my time and mistakes about The Landlord said in the
Sunday morning before.
"What I am supposed to do?" Someone said,
in the times when every people back to their houses, a night.
Dark Said,"Go back home!! Your children have been waiting."
At home, 2.25 AM, the kids haven't been sleeping at all,
waiting for their angels, but they are all sleepy.
And Tomorrow never comes.

Senin, 30 November 2015

Ujian Tentang Tanggung Jawab, Moral, dan Etika (Apakah Landasan Aksiologis dapat Aktual dalam Kehidupan yang Pendek Ini?)

1.      Berdasarkan temuan dari sumber-sumber yang mewakili zaman sekarang, dalam hal ini sumber-sumber yang diperoleh dari teknologi internet, uraikan dengan baik apa-apa saja yang menjadi tanggung jawab sosial ilmuwan!
Jawaban:
Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial. beberapa bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan, yaitu;
a. Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang akan berkembang berdasarkan permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat.
b. Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana di masyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan tersebut mampu merumuskan jalan keluar dari permasalahan sosial tersebut.
c. Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian permasalahan sosial di masyarakat.
d. Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka mempercepat proses intergrasi sosial budaya yang mana integrasi tersebut bertujuan untuk mempererat tali kesatuan antara masyarakat. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik.
2.      Setujukah anda bahwa uraian mengenai tanggung jawab sosial di atas dapat berlaku secara universal bagi seluruh alam semesta serta dapatkah mewakili makna dari uraian yang dijelaskan di perkuliahan maupun uraian yang didasari oleh common sense? Jika setuju, tunjukkan persamaannya!

Jawaban:

Ada empat hal yang menjadi kunci dari uraian di atas; 1) ilmuwan harus mampu melihat permasalahan aktual dalam kehidupan sosial, 2) Ilmuwan harus bekerjasama dengan masyarakat untuk menemukan jalan keluar permasalahan, 3) Ilmuwan harus mampu menjadi mediator dalam masyarakat, 4) Membantu pemerintah/negara untuk mencapai persatuan. Sederhananya, tanggung jawab sosial ilmuwan berfungsi untuk menggiring masyarakat untuk melangkah ke kehidupan yang lebih baik. Di sinilah letak persamaan yang mendasari uraian di atas. Sehingga uraian tersebut dapat dikatakan berlaku secara universal. Barangkali, akan muncul pertanyaan, bagaimana dengan kelompok manusia yang belum mengenal negara dan kehidupan sosial yang dipahami saat ini? Sebetulnya perbedaannya hanya pada isi uraian. Namun, ide besar dibelakangnya, menggiring masyarakat melangkah ke kehidupan yang lebih baik, adalah sama. Ini adalah yang dipercayai Plato sebagai sesuatu yang kekal dalam kehidupan manusia.

3.      Coba jelaskan bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dan moral dapat  menjaga perdamaian dunia serta memelihara sisi kemanusiaan agar setiap individu tidak saling menyakiti satu sama lain, misalnya perang, yang salah satu faktor pendukungnya adalah kemajuan ilmu pengetahuan (produksi senjata)!
Jawaban:
Ilmu pengetahuan adalah hasil dari kemampuan manusia menggunakan akal-nya dan diakui kebenarannya. Namun, seperti yang terjadi di wilayah Timur Tengah dari ribuan tahun yang lalu hingga sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan justru menjadi ajang saling menyakiti satu sama lain. Dalam filsafat, kita dapat mengenal akal, perasaan, serta nafsu dari cara berpikir Plato. Akal, menurut Plato, adalah kebijaksanaan, perasaan melambangkan keberanian, sedangkan nafsu harus dikekang agar kesopanan dapat ditegakkan. Permasalahan yang terjadi di Timur Tengah adalah kemajuan ilmu pengetahuan yang tidak diimbangi dengan kepahaman akan moralitas. Dengan kata lain, dengan segala pengetahuan yang diperoleh dari kebijaksanaan akal, serta keberanian yang didapat dari perasaan, setiap manusia juga harus mengekang nafsunya agar dapat menjaga kesopanan dan tidak saling menyakiti satu sama lain. Dalam salah satu ajarannya, Socrates mengatakan bahwa kehidupan ini berpusat pada manusia. Sebab, manusia adalah satu-satunya makhluk di dunia yang mampu memahami setiap hal yang ditemuinya serta menentukan mana hal yang baik dan buruk. Ilmu pengetahuan dan moral berhubungan di dalam jiwa manusia seperti penjelasan Plato tentang akal, perasaan, dan nafsu manusia.

4.      Jika seorang ilmuwan menemukan sesuatu yang baru, misalnya seorang ilmuwan yang mengabdi kepada negaranya menemukan bentuk baru dari atom yang memiliki potensi negatif karena dapat menyerang saraf manusia tanpa harus diledakkan seperti bom. Satu sisi, dia adalah seorang nasionalis pengabdi negara, di sisi lain, ilmuwan tersebut adalah manusia yang mengetahui mana yang baik dan buruk. Bagaimana cara anda menjelaskan secara ilmiah bahwa atom tersebut tidak dapat digunakan karena menyalahi aturan moral sedangkan negara yang anda abdi tengah berkepentingan untuk menggunakan teknologi tersebut untuk peperangan?
Jawaban:
Socrates adalah seorang ilmuwan yang pernah menanggung akibat karena ia menjaga kebenaran pikiran dan hati nuraninya. Ia menggugah pikiran masyarakat Yunani-Kuno dengan berkata bahwa kepercayaan terhadap dewa-dewa (politeisme) hanyalah hasil dari pikiran manusia. Akibatnya, ia dihukum mati dengan harus meminum racun pohon cemara. Sebagai seorang ilmuwan,  tanggung jawab moral tidak kalah pentingnya dari nasionalisme. Jika anda sebagai ilmuwan memilih untuk mengalah pada kepentingan negara, maka di sisi lain anda sudah membiarkan negara anda menyakiti manusia lainnya. Dengan menjelaskan kebenaran yang sebenarnya (kebenaran yang menjaga kesopanan menurut Plato) sebagai ilmuwan anda harus rela mengorbankan diri demi menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan moral. Begitulah cara yang harus dilakukan seorang ilmuwan jika berhadapan dengan situasi yang sangat rumit di atas.

5.      Menurut anda, apakah kebebasan dalam memperoleh ilmu pengetahuan serta kebebasan dalam memberi penjelasan secara ilmiah terkait dengan ilmu pengetahuan yang anda peroleh dapat menyalahi etika?

Jawaban:

Etika adalah soal keseimbangan dalam berpikir dan berperilaku. Aristoteles, menyebutnya sebagai “jalan tengah”. Penjelasan ilmiah, sudah jelas kontekstual karena dilandasi dengan aturan-aturan universal dari ilmu pengetahuan. Namun, kebebasan tetap dapat ditemukan dalam menjelaskan berbagai permasalahan. Contoh kasus, di suatu hari anda mendapati diri anda tengah kebingungan karena kehilangan bahan kuliah sedangkan pada saat itu juga anda harus mengerjakannya. Kemudian anda berpikir, “dengan pemahamanku akan konteks, maka aku bebas untuk mencari penjelasan ilmiah meskipun dari sumber yang berbeda.” Ketika itu anda lakukan, pada saat itu juga anda menemukan kebebasan ilmiah. Masalahnya, apakah kebebasan seperti itu dapat dikatakan menyalahkan etika? Tentu saja tidak, sebab anda sudah cukup seimbang karena anda tidak melupakan konteks, sementara itu, kebebasan yang anda miliki justru memberikan sesuatu yang berbeda atau bahkan baru.

6.      Dapatkah anda menjelaskan bahwa anda tidak menyalahi etika sebagai seorang ilmuwan?
Jawaban:
Etika adalah cita-cita ideal. Ada sebuah ungkapan mengenai etika. Ungkapan tersebut berbunyi sebagai berikut,” etika mencari dengan kemungkinan untuk keliru, dan kalau keliru, akan dicari lagi sampai terdapat kebenaran.” (Poedjawijatna). Idealnya, etika berarti mengambil tidak terlalu banyak, tetapi juga tidak terlalu sedikit. Tujuannya adalah menemukan kebenaran. Sedangkan Poedjawijatna mengatakan bahwa etika mencari dengan keinginan untuk keliru. Maka, keliru adalah jalan untuk menemukan kebenaran, begitulah premis umumnya. Sehingga, bukan tidak mungkin, tapi sulit, bagi seorang ilmuwan untuk menjelaskan bahwa dirinya tidak menyalahi etika.
7.      Setelah berbicara panjang mengenai tanggung jawab sosial Ilmuwan, ilmu dan moral, dan etika, terakhir kita harus membicarakan guna ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Pembicaraan mengenai hal ini, dalam filsafat ilmu pengetahuan, disebut dengan istilah landasan aksiologis. Menurut anda, adakah aktivitas ilmiah yang dilakukan secara tersembunyi untuk menghindari fungsi aksiologis-nya?

Jawaban:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Ini adalah bukti dari adanya ide tentang perwujudan tanggung jawab sosial ilmuwan yang disertai dengan aturan moral. Di beberapa kasus, penemuan banyak hal mengenai listrik oleh Benjamin Franklin sekitar 1740-1750 M, menunjukkan gunanya pada manusia hingga saat ini. Hampir setiap orang di dunia sepakat mengatakan bahwa listrik sangat berguna bagi kehidupan manusia. Penemuan ini dibuktikan dalam sejarah ilmu pengetahuan. Tapi, adakah ilmu pengetahuan yang bersembunyi untuk menghidari fungsi aksiologisnya? Sebagian besar orang-orang di dunia curiga bahwa virus HIV/AIDS sengaja diciptakan untuk mengurangi jumlah populasi manusia. Kecurigaan dalam ilmu pengetahuan haruslah dilandasi oleh alasan yang ilmiah pula. Dalam sebuah khotbahnya, Jerry D Gray, seorang mantan angkatan militer Amerika Serikat, mengatakan bahwa virus HIV/AIDS sengaja diciptakan memang untuk mengurangi jumlah populasi manusia. (Selebihnya lihat di https://www.youtube.com/watch?v=5_f4HrzLVrI ). Dia menjelaskan dengan alasan-alasan ilmiah seperti adanya konspirasi dalam penciptaan virus HIV/AIDS tersebut. Dengan begitu, dapatkah kita mengatakan adanya aktivitas ilmiah yang menghindari fungsi aksiologisnya? Dengan kecurigaan yang ilmiah, maka kita dapat mengatakan bahwa hal itu ada. Namun, kita belum membuktikan bahwa hal itu memang benar-benar ada.

8.      Seseorang mahasiswa sastra, menggali ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan sastra. Maka, ilmu pengetahuan itulah yang harus mahasiswa tersebut tunjukkan guna-nya bagi kehidupan manusia. Sedangkan kenyataannya saat ini adalah, kuliah hanyalah formalitas untuk mendapatkan ijazah saja. Banyak sarjana sastra yang ketika harus mengabdi kepada masyarakat di dunia setelah kuliah, memberikan sumbangan kepada masyarakat namun tidak berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang ia gali di sekolah. Misalnya, seorang sarjana sastra pada akhirnya bekerja sebagai buruh di pabrik sepatu yang menyebabkan limbah dan oleh karena itu merusak lingkungan. Bagaimanakah penjelasan filsafatis untuk kasus seperti ini?

Jawaban:

Seorang filsuf dari Jerman, Goethe, pernah mengatakan bahwa, manusia yang tidak bisa belajar dari masa tiga ribu tahun adalah manusia yang tidak pernah menggunakan akalnya. Pengalaman belajar harus dibuktikan. Seorang mahasiswa sastra yang menghabiskan lima tahun hidupnya untuk menggeluti sastra pada akhirnya bekerja pada suatu perusahaan yang merusak lingkungan hidupnya sendiri, seperti Goethe, maka mahasiswa tersebut adalah manusia yang tidak pernah menggunakan akalnya.