Bagaimana jika......
Socrates,
Plato,
Aristoteles,
St. Augustine,
John Locke,
Descartes,
Spinoza,
David Hume,
Hegel,
Karl Marx dan Engels,
Foucault,
Freud,
Mereka semua,
Berdiskusi via Facebook?
Dimana ketika segalanya ingin dituangkan kedalam sebuah tulisan, disinilah aku menggoreskannya.
Minggu, 27 Desember 2015
Democracy
Democracy
Jangan pernah meletakkan binatang di bawah kolong rumah.
Sebab, bagaimanapun kita adalah sesama makhluk.
Para manusia saja yang menganggap dirinya lebih tinggi.
Dan media menjualnya dalam bingkisan kutipan.
Yang kemudian para manusia baca, tonton, dengar, dan
sebagainya.
Seperti kata sebuah pepatah demokratis,
“Dari Manusia, Untuk
Manusia, Oleh Manusia”.
Selasa, 22 Desember 2015
Ishak, apa yang terjadi pada Layla?
Ada yang tidak biasa dengan Layla, waktu dirinya tengah menunggu waktu bagi seseorang untuk membuatnya bahagia pada hari ini. Sekitar pukul 10.15 pagi, waktu itu sekolah sedang jam istirahat, semua anak-anak kelas 3 IPS 3 seperti sedang menanti-nanti sembari menatap ke kursi pojok paling belakang; seorang wanita berusia menjelang 17 tahun yang tersipu malu. Di lorong jalan di depan kelasnya, beberapa orang wanita, yang notabene ada teman Layla sendiri, berteriak histeris melihat Ishak berjalan sendiri dan berhenti di depan Laila, seorang gadis pemurung yang sudah sejak SMP digilainya.
Semua orang di sekolah sudah tahu itu, suatu saat mereka akan menjalin hubungan. Tapi enam tahun adalah waktu yang cukup lama untuk menahan gejolak untuk memiliki. Tapi, itulah yang terjadi. Sejak usia 12 tahun, Ishak sudah tidak mengerti, dan kebingungan mengenai apapun tentang Layla. Hari ini, semua orang di sekolahan akan mengetahui bagaimana akhir dari perjuangan cinta Ishak. Semuanya akhirnya akan tahu.
6 tahun silam....
Ia tengah merasa dalam suasana hati yang paling bahagia pada waktu itu. Kegemilangan prestasi, kemudahan yang diterimanya karena itu, teman-teman yang menghormatinya, membuat dirinya merasa begitu percaya diri menjalani apapun sehari-harinya. Tahun pertama di SMP, semuanya terlihat luar biasa dan sempurna. Di dalam kesempurnaan itu, Ishak secara tidak sengaja menemukan hal yang merubahnya di masa depan. Yaitu Layla yang sudah lebih dahulu terpikat, mulai mencari-cari sesuatu dari dalam mata Ishak.
Wanita itu dengan sangat luar biasa menancapkan bayangannya di dalam benak Ishak. Ketika mereka sedang bertatapan mata di waktu jam pelajaran, tak lama kemudian suara petir menyadarkan lamunan yang tak akan pernah mereka lupakan itu. Mereka - dan semua - kembali pada pelajaran. Waktu itu kelas 7 tiga sedang menjalankan pelajaran terakhir. Sementara di luar, mendung sudah mulai menutupi sinar matahari. Suara petir barusan diikuti oleh hujan deras yang mengurung semua orang dalam ketakutannya di dalam kelas.
Suara lonceng sudah berbunyi menandai jam pulang. Namun, hujan masih begitu deras dan mereka terkurung di sana. Ishak berdiri di tepian saluran yang berada di tepi bawah atap yang berbatasan langsung dengan hujan. Tentu saja, ia tak berniat untuk melangkah ke dalam hujan. Dia akan menunggu untuk itu. Tetapi, seseorang mendorongnya sehingga ia mau tidak mau harus sedikit membasahi seragam sekolahnya.
Akhirnya, Ishak berada di rumah dalam keadaan basah kuyup. Ia tidak mau menunggu lagi kapan waktunya hujan berhenti. Ketika ditanya, "kau benar-benar sendiri tadi?" oleh ibunya, Ishak mengatakan bahwa ia bertemu Ibu Susi tadi di perjalanan dan kemudian berbagi payung dengannya.
Dia melihat ke bawah tudung, ada goreng ikan nila dicampuri dengan cabe yang digiling dan digoreng pula. Rasa bumbu khas ibunya menyatu di dalam khayalannya yang lapar. Ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupnya.
"Hmmm, aku sangat lapar." Ucap Ishak dilanjutkan dengan suapan pertamanya.
"Tapi, tadi kalau saja aku tidak terlanjur basah setelah didorong oleh anak itu, tentu saja aku tidak akan bertemu dengan masakan lezat ini sekarang. Aku bertekad pulang karena bajuku sudah basah. Kebetulan yang menyenangkan."
Keesokan paginya, di dalam kelas 10 menit sebelum lonceng jam pelajaran pertama berbunyi.
Layla terlihat gelisah. Sejak awal dia tiba di kelas, dia sudah seperti itu. Suara bisikan teman-temannya terdengar samar-samar oleh Layla, tapi diacuhkannya. Lima menit sebelum jam pelajaran pertama, seseorang masuk ke dalam kelas dan duduk di sudut yang berbeda dengan Layla. Laki-laki itu tampak masih mengantuk. Ia menghempaskan ranselnya di atas meja kemudian menempelkan kepalanya di atas benda tersebut. Seseorang melemparnya dengan bola kertas. Ketika ia terbangun, seorang lelaki pendek tertawa padanya. Kemudian, lelaki itu kembali menempelkan kepala ke tempat sebelum. Tak lama kemudian, ia kembali dilempari dengan bola kertas, kali ini tepat mengenai bagian wajahnya sebelah kanan. Dia hendak marah namun dengan cepat segalanya hilang ketika melihat Layla tiba-tiba berdiri di sampingnya.
"Aku minta maaf." Ucap Layla sembari mengulurkan tangannya.
"Untuk apa?" Tanya Ishak di balik muka kusutnya.
"Mendorongmu ke dalam hujan."
"Kamu sengaja, ya?"
"Aku duduk di depanmu saja mulai hari ini." Kemudian Layla membawa peralatannya ke kursi barunya.
Ishak ingat sekali, bahwa waktu itu mereka sedang menjalankan mata pelajaran matematika di bawah pengajaran Bapak Masrijon, salah satu guru senior di sekolah. Urutan variabel, angka, dan rumus-rumus yang membosankan yang tertera di papan tulis tidak berhasil mengalihkan pikiran mereka berdua. Pada hari itu, mereka sudah memulai sesuatu yang liar; meninggalkan pelajaran dan hanya berbicara tentang diri mereka sendiri satu sama lain. Sampai-sampai beberapa menit kemudian tidak terdengar lagi suara guru matematika itu, begitu juga dengan suara semua siswa di kelas. Ishak mencoba menatap ke arah guru tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi, ia kemudian kembali menundukkan kepala. Sebab, yang ditatapnya pertama kali saat ia menatap gurunya adalah mata Bapak Masrijon.
"Kalian tahu apa itu hati? Di mana letak hati itu? Jika ada yang tahu (ia kemudian menunjukkan ibu jarinya kepada semua siswa di kelas)." Guru matematika itu mengakhiri pertanyaannya dengan senyum yang dilemparkannya secara bergantian kepada Layla dan Ishak.
Pertanyaan itu membuat mereka berpikir. Terutama Ishak, tidak pernah sekalipun berhenti memikirkan pertanyaan itu, hal yang paling menjauhkannya dari Layla. Dan benar saja, dua tahun terakhir di masa SMP dia habiskan waktunya untuk mencintai diri sendiri. Entah bagaimana, Ishak mampu membiarkan dirinya merasa sepi di malam hari dan meninggikan egonya di waktu sekolah. Layla hanya menjauh dan menjauh, bertemu dengan teman-temannya, mendirikan geng wanita bersama dua orang teman dekatnya, dan merekrut banyak anggota baru. Sementara Ishak, hanya sibuk dengan dirinya. Bahkan ketika ia tahu dan melihat sendiri bagaimana banyak laki-laki lain menggoda Layla, rasa cemburunya yang menggila disekap sebelum hal itu bangkit dan menyiksa Ishak pada malam hari. Perasaan seperti itu hanya membuat ia merasa sangat remaja.
Satu hal yang pasti, apapun yang Ishak lakukan untuk mengatakan bahwa ia mampu berdiri sendiri di hadapan Layla, tetap saja Ia tak akan mempu untuk menipu dirinya sendiri bahwa di saat semua orang tidak menyadari, Ishak selalu mencuri pandang jika Layla terlihat. Entah apa yang ada di dalam kepalanya? Bagaimana cara ia berpikir? Tidak ada seorangpun yang mengerti. Tapi dia terlihat yakin atas apa yang dilakukannya, atas penderitaan yang dimulainya.
Begitu juga dengan Layla, dia mampu menemukan dirinya sendiri. Melepas Ishak memang cukup menghancurkan perasaannya, tapi kehidupannya semakin menguat. Ia menjadi tertarik dan mengerti akan banyak hal. Pernah mendirikan sebuah geng wanita paling disegani di sekolah membuat Layla sangat mengerti akan loyalitas berteman. Tak terlupakan.
Ishak sendiri, akhirnya mulai bermain musik. Ia menutup masa SMP-nya dengan menjadi band pengisi di acara perpisahan. Dengan begitu sederhana dia membawakan Sweet Child of Mine. Dan mendapatkan seorang gadis.
Masa SMA...
Sebuah permulaan baru. Kini Ishak menggunakan celana abu-abu panjang, bukan celana biru-pendek lagi. Itu terjadi ketika beberapa waktu lalu, Ishak, tepat pada hari sama dengan hari diumumkannya siswa yang diterima di SMA 1, mengirimkan dua pesan pendek lewat ponselnya secara bergantian. Setelah mengirimkan pesan pendek untuk kekasihnya, Ishak juga mulai membuka komunikasi dengan Layla. Permulaan baru yang akan menghancurkan hati seseorang beberapa hari kemudian.
"Aku bosan." Begitu isi pesan pendek Ishak kepada kekasihnya.
"Jelaskan!" Beberapa menit kemudian kekasihnya membalas pesan Ishak.
"Aku hanya bosan, dan aku serius."
"Aku menyesal! Kamu orang yang salah!" Begitulah akhirnya, hubungan Ishak dan kekasihnya berakhir.
Sementara pada pesan pendek lainnya, Ishak menuliskan puisi-puisi indah untuk Layla. Begitu menyenangkan, menurut Ishak. Kemudian, waktu tiba-tiba melambat semenjak saat itu. Ishak dan Layla seperti menjadi dunia malam yang penuh dengan cerita cinta saling menyandarkan diri di sekitar hangatnya kobaran api untuk di malam itu.
Setelah menunggu lama, hari ini akhirnya Ishak memberanikan diri. Sudah dua tahun semenjak kenaikan kelas 10. Layla masih duduk gelisah di sudut paling belakang ruang kelas. Ishak kini berada tepat di depannya, berdiri sambil memasukkan tangan ke dalam kantong celananya. Ishak akan mengutarakan perasaannya pada Layla hari ini. Semua orang di sekolah sudah menunggu peristiwa ini terjadi.
Semuanya seperti terbangun dari mimpi. Mimpi indah untuk Ishak, tontonan di dalam impian tidur bagi kebanyakan orang, dan pikiran yang sangat menyenangkan untuk dirasuki bagi Layla. Ishak terbangun dari tidurnya, menatap jam dinding, dan mengumpat.
"Sialan! Aku terlambat lagi!"
Jalanan begitu macet pada pukul 9 pagi di jalanan kota. Menghindari macet dan stress, Ishak mengikuti mobil di depannya berbelok ke arah rumah makan cepat saji. setelah memarkir mobilnya beberapa meter dari mobil yang diikutinya tadi, Ishak menyempatkan diri untuk berpikir sejenak tentang siapa dirinya. Seorang anak laki-laki lima tahunan keluar dari mobil yang berada di depan mobil Ishak tadi, gerak-geriknya membuyarkan pikiran Ishak. Anak itu bersama ibunya. Setelah memastikan dirinya sendirian, ia keluar dari mobil dan berjalan pelan ke dalam rumah makan.
Ketika menutup pintu, anak lima tahunan dari terlihat sedang bermain di pojok anak sementara ibunya pergi memesan dan menunggui makanan datang. Ishak memilih meja di sebelah pintu masuk. Ia memesan hotdog dan beer untuk pagi yang sumpek itu. Anak lima tahunan tadi berkeliaran ke sana ke mari, keluar-masuk, setelah mendapatkan segelas es krim dari ibunya.
Anak itu terlalu gembira pada saat itu berlari melewati pintu masuk, sehingga tidak menyadari gelas es krim ditangannya kini bersentuhan dengan rok kantoran milik seorang wanita yang barusaja masuk. Sisa es krim melelehi rok tersebut. Kemudian si anak menangis berlari menuju sang ibu.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya Ishak kepada wanita yang terkena lelehan es krim tersebut sembari memberikan tisu. Tapi, sejujurnya, ia tidak terlalu yakin bahwa anak kecil itu benar-benar bersama ibu aslinya.
"Aku tidak apa-apa. Terima kasih."
"Bukankah aku mengenalmu?"
Pukul 11 siang Ishak baru tiba di ruang kerjanya. Di sepanjang jalan dari pintu masuk kantor hingga pintu masuk ruang kerjanya, tatapan orang tidak beralih dari dirinya. Termasuk bos-nya.
"Ishak!" Sapa sang Boss.
"Ya, Pak!"
"Sudah berapa kali kau terlambat?"
"Eh, mungkin sekitaaaaar, 9-10 kali, Pak."
"Itu artinya kau juga ingat, sudah berapa kali aku memaafkan kesalahanmu."
"Maafkan saya, Pak"
"Kembali ke ruanganmu." Sang Boss berlalu di balik pintu kamarnya.
Dia tidak berhasrat kerja hari ini. Dia ingin mencari alasan yang tepat agar dia dapat pulang dengan izin. Sebab, dia hanya ingin di rumah hari ini. Sendiri.
Seperti pada saat itu, dia sendiri menemui Layla dan berdiri cukup lama di hadapannya. Apa yang akan dikatakannya? Tidak, dia hanya melihat, dengan sangat lama, sehingga begitu dalam, dan terjadi dengan begitu saja. Siswa lain yang menyaksikan hal itu tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Ishak. Dengan tiba-tiba menatap seorang perempuan dengan sangat lama. Semua orang semakin tidak mengerti ketika melihat Ishak dengan santainya berbalik badan dan pergi kembali ke kelasnya. Tapi sebagian dari mereka yang menyaksikan, ada yang mengerti ketika tak lama setelah Ishak menjejakkan langkah pertamanya, Layla menitikkan air mata tanpa suara sehingga tidak terdengar di telinga Ishak.
Saat ini, dirinya pun kembali sendiri dan terbawa kembali pada masalalu. Pikirannya melompat kepada tingkah laku anak kecil sewaktu sedang berada di rumah makan cepat saji, kemudian melompat kepada macet, seorang ibu yang mengantre, dan seorang perempuan yang dilelehi es krim oleh anak berusia lima tahunan. Wanita itu muncul lagi dalam pikirannya. Ishak melihat dirinya tengah berbincang dengan si wanita es krim. Ia mendekati dirinya dan wanita itu,
"Bukankah aku mengenalmu?"
"Mama. Ini tisunya. Aku dan Tante Ovi duduk di sana, Mama." Anak yang nakal itu ternyata melelehi rok ibunya sendiri dengan es krim. Prasangka Ishak tentang ibu asli anak itu ternyata benar.
"Terima kasih. Hati-hati mulai dari sekarang. Ini anakku, di lima tahun, barusaja beberapa bulan di taman kanak-kanak. Dia anak yang pandai."
"Siapa namanya?"
"Robert, perkenalkan dirimu pada oom ini."
"Nama saya Robert, Om."
"Sekarang, waktunya Oom ini yang mengenalkan dirinya kepada Robert." Layla tersenyum aneh bersama dengan ucapan itu.
"Namaku Ishak, panggil saja aku begitu. Bagaimana ibumu? Apakah dia baik?"
"Ishak, kamu tidak pantas membicarakan ini di depan Robert! Dia tidak tau apa-apa!" Sanggah Layla.
"Mengapa kamu begitu tersinggung?" Ishak menyadari, akan ada pertarungan hebat malam ini.
"Jangan teriak kepada ibuku, Tuan! Anda boleh pergi dari sini!" Robert membela ibunya.
"Kau akan tahu Robert, akan tergila-gilanya aku pada ibumu sebelum engkau lahir ke dunia yang aneh ini. Kau akan tahu itu. Kemudian, kau tak akan berani berteriak padaku seperti pada masa kau kecil ini. Tak akan ada keindahan. Kau akan tahu itu."
"Cukup!! Ishak, kau BAJINGAN!!!" Teriak Layla.
"Ya, aku memang bajingan. Tapi aku juga mencintaimu. Apa ada yang salah dengan itu?"
"Kau!! Kau memang..." kemudian Layla tersengguk dan menangis tanpa suara. Dan melanjutkan perkataannya, "tidak pernah berubah. Kau tahu? Aku menyesal selalu menjauh darimu. Aku menyesal, setelah mengetahui bahwa kau tidak pernah berubah. Robert anak pertamaku, dan dia sedikit mengingatkanku pada dirimu."
"Apakah kita akan berbicara sambil berdiri seperti ini, atau kau bersedia untuk duduk dan bicara denganku? Mengerti?" Tanggap Ishak.
"Baiklah. Sekarang, apa maumu?" Tanya Layla.
"Tidurlah denganku. Malam ini saja. Aku mohon!"
"Kau pikir aku ini apa? Lalu, bagaimana dengan Robert?
"Robert bisa tidur di apartmenku. Masih ada beberapa kamar kosong untuknya."
"Apakah kamu serius?"
"Aku sangat serius dan mengerti bahwa kau masih bersuami."
"Jadi?"
"Tidurlah denganku malam ini."
"Baiklah, tapi ajak Robert bermain."
"Ok!"
Mereka duduk di atas sofa yang di letakkan lima meter dari layar televisi. Di antara kedua hal itu, manusia dan televisi, Robert bermain sendirian dengan boneka robotnya yang bertarung melawan dinosaurus. Malam itu cuaca cukup dingin tentunya.
"Bagaimana keadaanmu?" Ishak membuka pembicaraan.
"Masih berpikir mengapa saat ini bisa terjadi."
"Coba kau jelaskan lebih dalam kalimat yang baru saja kau ucapkan, Nona!" Ishak memancing amarah Layla, hal yang paling disukainya.
"Aku menyadari pancingan itu, dan aku menginginkannya!" Mereka berciuman. Menunggu jam tidur Robert tiba, dan bercinta untuk pertama kalinya.
Semua orang di sekolah sudah tahu itu, suatu saat mereka akan menjalin hubungan. Tapi enam tahun adalah waktu yang cukup lama untuk menahan gejolak untuk memiliki. Tapi, itulah yang terjadi. Sejak usia 12 tahun, Ishak sudah tidak mengerti, dan kebingungan mengenai apapun tentang Layla. Hari ini, semua orang di sekolahan akan mengetahui bagaimana akhir dari perjuangan cinta Ishak. Semuanya akhirnya akan tahu.
6 tahun silam....
Ia tengah merasa dalam suasana hati yang paling bahagia pada waktu itu. Kegemilangan prestasi, kemudahan yang diterimanya karena itu, teman-teman yang menghormatinya, membuat dirinya merasa begitu percaya diri menjalani apapun sehari-harinya. Tahun pertama di SMP, semuanya terlihat luar biasa dan sempurna. Di dalam kesempurnaan itu, Ishak secara tidak sengaja menemukan hal yang merubahnya di masa depan. Yaitu Layla yang sudah lebih dahulu terpikat, mulai mencari-cari sesuatu dari dalam mata Ishak.
Wanita itu dengan sangat luar biasa menancapkan bayangannya di dalam benak Ishak. Ketika mereka sedang bertatapan mata di waktu jam pelajaran, tak lama kemudian suara petir menyadarkan lamunan yang tak akan pernah mereka lupakan itu. Mereka - dan semua - kembali pada pelajaran. Waktu itu kelas 7 tiga sedang menjalankan pelajaran terakhir. Sementara di luar, mendung sudah mulai menutupi sinar matahari. Suara petir barusan diikuti oleh hujan deras yang mengurung semua orang dalam ketakutannya di dalam kelas.
Suara lonceng sudah berbunyi menandai jam pulang. Namun, hujan masih begitu deras dan mereka terkurung di sana. Ishak berdiri di tepian saluran yang berada di tepi bawah atap yang berbatasan langsung dengan hujan. Tentu saja, ia tak berniat untuk melangkah ke dalam hujan. Dia akan menunggu untuk itu. Tetapi, seseorang mendorongnya sehingga ia mau tidak mau harus sedikit membasahi seragam sekolahnya.
Akhirnya, Ishak berada di rumah dalam keadaan basah kuyup. Ia tidak mau menunggu lagi kapan waktunya hujan berhenti. Ketika ditanya, "kau benar-benar sendiri tadi?" oleh ibunya, Ishak mengatakan bahwa ia bertemu Ibu Susi tadi di perjalanan dan kemudian berbagi payung dengannya.
Dia melihat ke bawah tudung, ada goreng ikan nila dicampuri dengan cabe yang digiling dan digoreng pula. Rasa bumbu khas ibunya menyatu di dalam khayalannya yang lapar. Ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupnya.
"Hmmm, aku sangat lapar." Ucap Ishak dilanjutkan dengan suapan pertamanya.
"Tapi, tadi kalau saja aku tidak terlanjur basah setelah didorong oleh anak itu, tentu saja aku tidak akan bertemu dengan masakan lezat ini sekarang. Aku bertekad pulang karena bajuku sudah basah. Kebetulan yang menyenangkan."
Keesokan paginya, di dalam kelas 10 menit sebelum lonceng jam pelajaran pertama berbunyi.
Layla terlihat gelisah. Sejak awal dia tiba di kelas, dia sudah seperti itu. Suara bisikan teman-temannya terdengar samar-samar oleh Layla, tapi diacuhkannya. Lima menit sebelum jam pelajaran pertama, seseorang masuk ke dalam kelas dan duduk di sudut yang berbeda dengan Layla. Laki-laki itu tampak masih mengantuk. Ia menghempaskan ranselnya di atas meja kemudian menempelkan kepalanya di atas benda tersebut. Seseorang melemparnya dengan bola kertas. Ketika ia terbangun, seorang lelaki pendek tertawa padanya. Kemudian, lelaki itu kembali menempelkan kepala ke tempat sebelum. Tak lama kemudian, ia kembali dilempari dengan bola kertas, kali ini tepat mengenai bagian wajahnya sebelah kanan. Dia hendak marah namun dengan cepat segalanya hilang ketika melihat Layla tiba-tiba berdiri di sampingnya.
"Aku minta maaf." Ucap Layla sembari mengulurkan tangannya.
"Untuk apa?" Tanya Ishak di balik muka kusutnya.
"Mendorongmu ke dalam hujan."
"Kamu sengaja, ya?"
"Aku duduk di depanmu saja mulai hari ini." Kemudian Layla membawa peralatannya ke kursi barunya.
Ishak ingat sekali, bahwa waktu itu mereka sedang menjalankan mata pelajaran matematika di bawah pengajaran Bapak Masrijon, salah satu guru senior di sekolah. Urutan variabel, angka, dan rumus-rumus yang membosankan yang tertera di papan tulis tidak berhasil mengalihkan pikiran mereka berdua. Pada hari itu, mereka sudah memulai sesuatu yang liar; meninggalkan pelajaran dan hanya berbicara tentang diri mereka sendiri satu sama lain. Sampai-sampai beberapa menit kemudian tidak terdengar lagi suara guru matematika itu, begitu juga dengan suara semua siswa di kelas. Ishak mencoba menatap ke arah guru tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi, ia kemudian kembali menundukkan kepala. Sebab, yang ditatapnya pertama kali saat ia menatap gurunya adalah mata Bapak Masrijon.
"Kalian tahu apa itu hati? Di mana letak hati itu? Jika ada yang tahu (ia kemudian menunjukkan ibu jarinya kepada semua siswa di kelas)." Guru matematika itu mengakhiri pertanyaannya dengan senyum yang dilemparkannya secara bergantian kepada Layla dan Ishak.
Pertanyaan itu membuat mereka berpikir. Terutama Ishak, tidak pernah sekalipun berhenti memikirkan pertanyaan itu, hal yang paling menjauhkannya dari Layla. Dan benar saja, dua tahun terakhir di masa SMP dia habiskan waktunya untuk mencintai diri sendiri. Entah bagaimana, Ishak mampu membiarkan dirinya merasa sepi di malam hari dan meninggikan egonya di waktu sekolah. Layla hanya menjauh dan menjauh, bertemu dengan teman-temannya, mendirikan geng wanita bersama dua orang teman dekatnya, dan merekrut banyak anggota baru. Sementara Ishak, hanya sibuk dengan dirinya. Bahkan ketika ia tahu dan melihat sendiri bagaimana banyak laki-laki lain menggoda Layla, rasa cemburunya yang menggila disekap sebelum hal itu bangkit dan menyiksa Ishak pada malam hari. Perasaan seperti itu hanya membuat ia merasa sangat remaja.
Satu hal yang pasti, apapun yang Ishak lakukan untuk mengatakan bahwa ia mampu berdiri sendiri di hadapan Layla, tetap saja Ia tak akan mempu untuk menipu dirinya sendiri bahwa di saat semua orang tidak menyadari, Ishak selalu mencuri pandang jika Layla terlihat. Entah apa yang ada di dalam kepalanya? Bagaimana cara ia berpikir? Tidak ada seorangpun yang mengerti. Tapi dia terlihat yakin atas apa yang dilakukannya, atas penderitaan yang dimulainya.
Begitu juga dengan Layla, dia mampu menemukan dirinya sendiri. Melepas Ishak memang cukup menghancurkan perasaannya, tapi kehidupannya semakin menguat. Ia menjadi tertarik dan mengerti akan banyak hal. Pernah mendirikan sebuah geng wanita paling disegani di sekolah membuat Layla sangat mengerti akan loyalitas berteman. Tak terlupakan.
Ishak sendiri, akhirnya mulai bermain musik. Ia menutup masa SMP-nya dengan menjadi band pengisi di acara perpisahan. Dengan begitu sederhana dia membawakan Sweet Child of Mine. Dan mendapatkan seorang gadis.
Masa SMA...
Sebuah permulaan baru. Kini Ishak menggunakan celana abu-abu panjang, bukan celana biru-pendek lagi. Itu terjadi ketika beberapa waktu lalu, Ishak, tepat pada hari sama dengan hari diumumkannya siswa yang diterima di SMA 1, mengirimkan dua pesan pendek lewat ponselnya secara bergantian. Setelah mengirimkan pesan pendek untuk kekasihnya, Ishak juga mulai membuka komunikasi dengan Layla. Permulaan baru yang akan menghancurkan hati seseorang beberapa hari kemudian.
"Aku bosan." Begitu isi pesan pendek Ishak kepada kekasihnya.
"Jelaskan!" Beberapa menit kemudian kekasihnya membalas pesan Ishak.
"Aku hanya bosan, dan aku serius."
"Aku menyesal! Kamu orang yang salah!" Begitulah akhirnya, hubungan Ishak dan kekasihnya berakhir.
Sementara pada pesan pendek lainnya, Ishak menuliskan puisi-puisi indah untuk Layla. Begitu menyenangkan, menurut Ishak. Kemudian, waktu tiba-tiba melambat semenjak saat itu. Ishak dan Layla seperti menjadi dunia malam yang penuh dengan cerita cinta saling menyandarkan diri di sekitar hangatnya kobaran api untuk di malam itu.
Setelah menunggu lama, hari ini akhirnya Ishak memberanikan diri. Sudah dua tahun semenjak kenaikan kelas 10. Layla masih duduk gelisah di sudut paling belakang ruang kelas. Ishak kini berada tepat di depannya, berdiri sambil memasukkan tangan ke dalam kantong celananya. Ishak akan mengutarakan perasaannya pada Layla hari ini. Semua orang di sekolah sudah menunggu peristiwa ini terjadi.
Semuanya seperti terbangun dari mimpi. Mimpi indah untuk Ishak, tontonan di dalam impian tidur bagi kebanyakan orang, dan pikiran yang sangat menyenangkan untuk dirasuki bagi Layla. Ishak terbangun dari tidurnya, menatap jam dinding, dan mengumpat.
"Sialan! Aku terlambat lagi!"
Jalanan begitu macet pada pukul 9 pagi di jalanan kota. Menghindari macet dan stress, Ishak mengikuti mobil di depannya berbelok ke arah rumah makan cepat saji. setelah memarkir mobilnya beberapa meter dari mobil yang diikutinya tadi, Ishak menyempatkan diri untuk berpikir sejenak tentang siapa dirinya. Seorang anak laki-laki lima tahunan keluar dari mobil yang berada di depan mobil Ishak tadi, gerak-geriknya membuyarkan pikiran Ishak. Anak itu bersama ibunya. Setelah memastikan dirinya sendirian, ia keluar dari mobil dan berjalan pelan ke dalam rumah makan.
Ketika menutup pintu, anak lima tahunan dari terlihat sedang bermain di pojok anak sementara ibunya pergi memesan dan menunggui makanan datang. Ishak memilih meja di sebelah pintu masuk. Ia memesan hotdog dan beer untuk pagi yang sumpek itu. Anak lima tahunan tadi berkeliaran ke sana ke mari, keluar-masuk, setelah mendapatkan segelas es krim dari ibunya.
Anak itu terlalu gembira pada saat itu berlari melewati pintu masuk, sehingga tidak menyadari gelas es krim ditangannya kini bersentuhan dengan rok kantoran milik seorang wanita yang barusaja masuk. Sisa es krim melelehi rok tersebut. Kemudian si anak menangis berlari menuju sang ibu.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya Ishak kepada wanita yang terkena lelehan es krim tersebut sembari memberikan tisu. Tapi, sejujurnya, ia tidak terlalu yakin bahwa anak kecil itu benar-benar bersama ibu aslinya.
"Aku tidak apa-apa. Terima kasih."
"Bukankah aku mengenalmu?"
Pukul 11 siang Ishak baru tiba di ruang kerjanya. Di sepanjang jalan dari pintu masuk kantor hingga pintu masuk ruang kerjanya, tatapan orang tidak beralih dari dirinya. Termasuk bos-nya.
"Ishak!" Sapa sang Boss.
"Ya, Pak!"
"Sudah berapa kali kau terlambat?"
"Eh, mungkin sekitaaaaar, 9-10 kali, Pak."
"Itu artinya kau juga ingat, sudah berapa kali aku memaafkan kesalahanmu."
"Maafkan saya, Pak"
"Kembali ke ruanganmu." Sang Boss berlalu di balik pintu kamarnya.
Dia tidak berhasrat kerja hari ini. Dia ingin mencari alasan yang tepat agar dia dapat pulang dengan izin. Sebab, dia hanya ingin di rumah hari ini. Sendiri.
Seperti pada saat itu, dia sendiri menemui Layla dan berdiri cukup lama di hadapannya. Apa yang akan dikatakannya? Tidak, dia hanya melihat, dengan sangat lama, sehingga begitu dalam, dan terjadi dengan begitu saja. Siswa lain yang menyaksikan hal itu tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Ishak. Dengan tiba-tiba menatap seorang perempuan dengan sangat lama. Semua orang semakin tidak mengerti ketika melihat Ishak dengan santainya berbalik badan dan pergi kembali ke kelasnya. Tapi sebagian dari mereka yang menyaksikan, ada yang mengerti ketika tak lama setelah Ishak menjejakkan langkah pertamanya, Layla menitikkan air mata tanpa suara sehingga tidak terdengar di telinga Ishak.
Saat ini, dirinya pun kembali sendiri dan terbawa kembali pada masalalu. Pikirannya melompat kepada tingkah laku anak kecil sewaktu sedang berada di rumah makan cepat saji, kemudian melompat kepada macet, seorang ibu yang mengantre, dan seorang perempuan yang dilelehi es krim oleh anak berusia lima tahunan. Wanita itu muncul lagi dalam pikirannya. Ishak melihat dirinya tengah berbincang dengan si wanita es krim. Ia mendekati dirinya dan wanita itu,
"Bukankah aku mengenalmu?"
"Mama. Ini tisunya. Aku dan Tante Ovi duduk di sana, Mama." Anak yang nakal itu ternyata melelehi rok ibunya sendiri dengan es krim. Prasangka Ishak tentang ibu asli anak itu ternyata benar.
"Terima kasih. Hati-hati mulai dari sekarang. Ini anakku, di lima tahun, barusaja beberapa bulan di taman kanak-kanak. Dia anak yang pandai."
"Siapa namanya?"
"Robert, perkenalkan dirimu pada oom ini."
"Nama saya Robert, Om."
"Sekarang, waktunya Oom ini yang mengenalkan dirinya kepada Robert." Layla tersenyum aneh bersama dengan ucapan itu.
"Namaku Ishak, panggil saja aku begitu. Bagaimana ibumu? Apakah dia baik?"
"Ishak, kamu tidak pantas membicarakan ini di depan Robert! Dia tidak tau apa-apa!" Sanggah Layla.
"Mengapa kamu begitu tersinggung?" Ishak menyadari, akan ada pertarungan hebat malam ini.
"Jangan teriak kepada ibuku, Tuan! Anda boleh pergi dari sini!" Robert membela ibunya.
"Kau akan tahu Robert, akan tergila-gilanya aku pada ibumu sebelum engkau lahir ke dunia yang aneh ini. Kau akan tahu itu. Kemudian, kau tak akan berani berteriak padaku seperti pada masa kau kecil ini. Tak akan ada keindahan. Kau akan tahu itu."
"Cukup!! Ishak, kau BAJINGAN!!!" Teriak Layla.
"Ya, aku memang bajingan. Tapi aku juga mencintaimu. Apa ada yang salah dengan itu?"
"Kau!! Kau memang..." kemudian Layla tersengguk dan menangis tanpa suara. Dan melanjutkan perkataannya, "tidak pernah berubah. Kau tahu? Aku menyesal selalu menjauh darimu. Aku menyesal, setelah mengetahui bahwa kau tidak pernah berubah. Robert anak pertamaku, dan dia sedikit mengingatkanku pada dirimu."
"Apakah kita akan berbicara sambil berdiri seperti ini, atau kau bersedia untuk duduk dan bicara denganku? Mengerti?" Tanggap Ishak.
"Baiklah. Sekarang, apa maumu?" Tanya Layla.
"Tidurlah denganku. Malam ini saja. Aku mohon!"
"Kau pikir aku ini apa? Lalu, bagaimana dengan Robert?
"Robert bisa tidur di apartmenku. Masih ada beberapa kamar kosong untuknya."
"Apakah kamu serius?"
"Aku sangat serius dan mengerti bahwa kau masih bersuami."
"Jadi?"
"Tidurlah denganku malam ini."
"Baiklah, tapi ajak Robert bermain."
"Ok!"
Mereka duduk di atas sofa yang di letakkan lima meter dari layar televisi. Di antara kedua hal itu, manusia dan televisi, Robert bermain sendirian dengan boneka robotnya yang bertarung melawan dinosaurus. Malam itu cuaca cukup dingin tentunya.
"Bagaimana keadaanmu?" Ishak membuka pembicaraan.
"Masih berpikir mengapa saat ini bisa terjadi."
"Coba kau jelaskan lebih dalam kalimat yang baru saja kau ucapkan, Nona!" Ishak memancing amarah Layla, hal yang paling disukainya.
"Aku menyadari pancingan itu, dan aku menginginkannya!" Mereka berciuman. Menunggu jam tidur Robert tiba, dan bercinta untuk pertama kalinya.
Minggu, 20 Desember 2015
Tomorrow Never Comes
People trying to get a storm in their beautiful life,
Through every single things in the bottom of the time.
Standing in the name God. So far away from home, then I'll be a homeless
whose sleeping in the rent room.
Talking to my time and mistakes about The Landlord said in the
Sunday morning before.
"What I am supposed to do?" Someone said,
in the times when every people back to their houses, a night.
Dark Said,"Go back home!! Your children have been waiting."
At home, 2.25 AM, the kids haven't been sleeping at all,
waiting for their angels, but they are all sleepy.
And Tomorrow never comes.
Through every single things in the bottom of the time.
Standing in the name God. So far away from home, then I'll be a homeless
whose sleeping in the rent room.
Talking to my time and mistakes about The Landlord said in the
Sunday morning before.
"What I am supposed to do?" Someone said,
in the times when every people back to their houses, a night.
Dark Said,"Go back home!! Your children have been waiting."
At home, 2.25 AM, the kids haven't been sleeping at all,
waiting for their angels, but they are all sleepy.
And Tomorrow never comes.
Senin, 30 November 2015
Ujian Tentang Tanggung Jawab, Moral, dan Etika (Apakah Landasan Aksiologis dapat Aktual dalam Kehidupan yang Pendek Ini?)
1. Berdasarkan
temuan dari sumber-sumber yang mewakili zaman sekarang, dalam hal ini
sumber-sumber yang diperoleh dari teknologi internet, uraikan dengan baik
apa-apa saja yang menjadi tanggung jawab sosial ilmuwan!
Jawaban:
Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban
seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian
permasalahan sosial. beberapa bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan, yaitu;
a.
Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial
yang akan berkembang berdasarkan permasalahan sosial yang sering terjadi di
masyarakat.
b.
Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana di
masyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan
tersebut mampu merumuskan jalan keluar dari permasalahan sosial tersebut.
c.
Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian
permasalahan sosial di masyarakat.
d.
Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka mempercepat proses
intergrasi sosial budaya yang mana integrasi tersebut bertujuan untuk
mempererat tali kesatuan antara masyarakat. Hal ini juga bertujuan untuk
mencegah terjadinya konflik.
(Sumber:
http://musyafirilmu.blogspot.co.id/2014/12/makalah-filsafat-ilmu-tanggung-jawab.html,
diakses pada 30 November 2015)
2. Setujukah
anda bahwa uraian mengenai tanggung jawab sosial di atas dapat berlaku secara
universal bagi seluruh alam semesta serta dapatkah mewakili makna dari uraian
yang dijelaskan di perkuliahan maupun uraian yang didasari oleh common sense? Jika setuju, tunjukkan
persamaannya!
Jawaban:
Ada
empat hal yang menjadi kunci dari uraian di atas; 1) ilmuwan harus mampu
melihat permasalahan aktual dalam kehidupan sosial, 2) Ilmuwan harus
bekerjasama dengan masyarakat untuk menemukan jalan keluar permasalahan, 3)
Ilmuwan harus mampu menjadi mediator dalam masyarakat, 4) Membantu
pemerintah/negara untuk mencapai persatuan. Sederhananya, tanggung jawab sosial
ilmuwan berfungsi untuk menggiring masyarakat untuk melangkah ke kehidupan yang
lebih baik. Di sinilah letak persamaan yang mendasari uraian di atas. Sehingga uraian
tersebut dapat dikatakan berlaku secara universal. Barangkali, akan muncul
pertanyaan, bagaimana dengan kelompok manusia yang belum mengenal negara dan
kehidupan sosial yang dipahami saat ini? Sebetulnya perbedaannya hanya pada isi
uraian. Namun, ide besar dibelakangnya, menggiring masyarakat melangkah ke
kehidupan yang lebih baik, adalah sama. Ini adalah yang dipercayai Plato
sebagai sesuatu yang kekal dalam kehidupan manusia.
3. Coba
jelaskan bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dan moral dapat menjaga perdamaian dunia serta memelihara
sisi kemanusiaan agar setiap individu tidak saling menyakiti satu sama lain,
misalnya perang, yang salah satu faktor pendukungnya adalah kemajuan ilmu
pengetahuan (produksi senjata)!
Jawaban:
Ilmu
pengetahuan adalah hasil dari kemampuan manusia menggunakan akal-nya dan diakui
kebenarannya. Namun, seperti yang terjadi di wilayah Timur Tengah dari ribuan
tahun yang lalu hingga sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan justru menjadi ajang
saling menyakiti satu sama lain. Dalam filsafat, kita dapat mengenal akal,
perasaan, serta nafsu dari cara berpikir Plato. Akal, menurut Plato, adalah
kebijaksanaan, perasaan melambangkan keberanian, sedangkan nafsu harus dikekang
agar kesopanan dapat ditegakkan. Permasalahan yang terjadi di Timur Tengah
adalah kemajuan ilmu pengetahuan yang tidak diimbangi dengan kepahaman akan
moralitas. Dengan kata lain, dengan segala pengetahuan yang diperoleh dari
kebijaksanaan akal, serta keberanian yang didapat dari perasaan, setiap manusia
juga harus mengekang nafsunya agar dapat menjaga kesopanan dan tidak saling
menyakiti satu sama lain. Dalam salah satu ajarannya, Socrates mengatakan bahwa
kehidupan ini berpusat pada manusia. Sebab, manusia adalah satu-satunya makhluk
di dunia yang mampu memahami setiap hal yang ditemuinya serta menentukan mana
hal yang baik dan buruk. Ilmu pengetahuan dan moral berhubungan di dalam jiwa
manusia seperti penjelasan Plato tentang akal, perasaan, dan nafsu manusia.
4. Jika
seorang ilmuwan menemukan sesuatu yang baru, misalnya seorang ilmuwan yang
mengabdi kepada negaranya menemukan bentuk baru dari atom yang memiliki potensi
negatif karena dapat menyerang saraf manusia tanpa harus diledakkan seperti
bom. Satu sisi, dia adalah seorang nasionalis pengabdi negara, di sisi lain,
ilmuwan tersebut adalah manusia yang mengetahui mana yang baik dan buruk.
Bagaimana cara anda menjelaskan secara ilmiah bahwa atom tersebut tidak dapat
digunakan karena menyalahi aturan moral sedangkan negara yang anda abdi tengah
berkepentingan untuk menggunakan teknologi tersebut untuk peperangan?
Jawaban:
Socrates
adalah seorang ilmuwan yang pernah menanggung akibat karena ia menjaga
kebenaran pikiran dan hati nuraninya. Ia menggugah pikiran masyarakat
Yunani-Kuno dengan berkata bahwa kepercayaan terhadap dewa-dewa (politeisme)
hanyalah hasil dari pikiran manusia. Akibatnya, ia dihukum mati dengan harus
meminum racun pohon cemara. Sebagai seorang ilmuwan, tanggung jawab moral tidak kalah pentingnya
dari nasionalisme. Jika anda sebagai ilmuwan memilih untuk mengalah pada
kepentingan negara, maka di sisi lain anda sudah membiarkan negara anda
menyakiti manusia lainnya. Dengan menjelaskan kebenaran yang sebenarnya
(kebenaran yang menjaga kesopanan menurut Plato) sebagai ilmuwan anda harus
rela mengorbankan diri demi menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan
moral. Begitulah cara yang harus dilakukan seorang ilmuwan jika berhadapan
dengan situasi yang sangat rumit di atas.
5. Menurut
anda, apakah kebebasan dalam memperoleh ilmu pengetahuan serta kebebasan dalam
memberi penjelasan secara ilmiah terkait dengan ilmu pengetahuan yang anda
peroleh dapat menyalahi etika?
Jawaban:
Etika
adalah soal keseimbangan dalam berpikir dan berperilaku. Aristoteles,
menyebutnya sebagai “jalan tengah”. Penjelasan ilmiah, sudah jelas kontekstual
karena dilandasi dengan aturan-aturan universal dari ilmu pengetahuan. Namun,
kebebasan tetap dapat ditemukan dalam menjelaskan berbagai permasalahan. Contoh
kasus, di suatu hari anda mendapati diri anda tengah kebingungan karena
kehilangan bahan kuliah sedangkan pada saat itu juga anda harus mengerjakannya.
Kemudian anda berpikir, “dengan pemahamanku akan konteks, maka aku bebas untuk
mencari penjelasan ilmiah meskipun dari sumber yang berbeda.” Ketika itu anda
lakukan, pada saat itu juga anda menemukan kebebasan ilmiah. Masalahnya, apakah
kebebasan seperti itu dapat dikatakan menyalahkan etika? Tentu saja tidak,
sebab anda sudah cukup seimbang karena anda tidak melupakan konteks, sementara
itu, kebebasan yang anda miliki justru memberikan sesuatu yang berbeda atau
bahkan baru.
6. Dapatkah
anda menjelaskan bahwa anda tidak menyalahi etika sebagai seorang ilmuwan?
Jawaban:
Etika
adalah cita-cita ideal. Ada sebuah ungkapan mengenai etika. Ungkapan tersebut
berbunyi sebagai berikut,” etika mencari dengan kemungkinan untuk keliru, dan
kalau keliru, akan dicari lagi sampai terdapat kebenaran.” (Poedjawijatna).
Idealnya, etika berarti mengambil tidak terlalu banyak, tetapi juga tidak
terlalu sedikit. Tujuannya adalah menemukan kebenaran. Sedangkan Poedjawijatna
mengatakan bahwa etika mencari dengan keinginan untuk keliru. Maka, keliru
adalah jalan untuk menemukan kebenaran, begitulah premis umumnya. Sehingga,
bukan tidak mungkin, tapi sulit, bagi seorang ilmuwan untuk menjelaskan bahwa
dirinya tidak menyalahi etika.
7. Setelah
berbicara panjang mengenai tanggung jawab sosial Ilmuwan, ilmu dan moral, dan
etika, terakhir kita harus membicarakan guna ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia. Pembicaraan mengenai hal ini, dalam filsafat ilmu pengetahuan, disebut
dengan istilah landasan aksiologis. Menurut anda, adakah aktivitas ilmiah yang
dilakukan secara tersembunyi untuk menghindari fungsi aksiologis-nya?
Jawaban:
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Ini adalah bukti
dari adanya ide tentang perwujudan tanggung jawab sosial ilmuwan yang disertai
dengan aturan moral. Di beberapa kasus, penemuan banyak hal mengenai listrik
oleh Benjamin Franklin sekitar 1740-1750 M, menunjukkan gunanya pada manusia
hingga saat ini. Hampir setiap orang di dunia sepakat mengatakan bahwa listrik
sangat berguna bagi kehidupan manusia. Penemuan ini dibuktikan dalam sejarah
ilmu pengetahuan. Tapi, adakah ilmu pengetahuan yang bersembunyi untuk
menghidari fungsi aksiologisnya? Sebagian besar orang-orang di dunia curiga
bahwa virus HIV/AIDS sengaja diciptakan untuk mengurangi jumlah populasi
manusia. Kecurigaan dalam ilmu pengetahuan haruslah dilandasi oleh alasan yang
ilmiah pula. Dalam sebuah khotbahnya, Jerry D Gray, seorang mantan angkatan
militer Amerika Serikat, mengatakan bahwa virus HIV/AIDS sengaja diciptakan
memang untuk mengurangi jumlah populasi manusia. (Selebihnya lihat di https://www.youtube.com/watch?v=5_f4HrzLVrI
). Dia menjelaskan dengan alasan-alasan ilmiah seperti adanya konspirasi dalam
penciptaan virus HIV/AIDS tersebut. Dengan begitu, dapatkah kita mengatakan
adanya aktivitas ilmiah yang menghindari fungsi aksiologisnya? Dengan
kecurigaan yang ilmiah, maka kita dapat mengatakan bahwa hal itu ada. Namun, kita
belum membuktikan bahwa hal itu memang benar-benar ada.
8. Seseorang
mahasiswa sastra, menggali ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan sastra.
Maka, ilmu pengetahuan itulah yang harus mahasiswa tersebut tunjukkan guna-nya
bagi kehidupan manusia. Sedangkan kenyataannya saat ini adalah, kuliah hanyalah
formalitas untuk mendapatkan ijazah saja. Banyak sarjana sastra yang ketika
harus mengabdi kepada masyarakat di dunia setelah kuliah, memberikan sumbangan
kepada masyarakat namun tidak berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang ia gali di
sekolah. Misalnya, seorang sarjana sastra pada akhirnya bekerja sebagai buruh
di pabrik sepatu yang menyebabkan limbah dan oleh karena itu merusak lingkungan.
Bagaimanakah penjelasan filsafatis untuk kasus seperti ini?
Jawaban:
Seorang
filsuf dari Jerman, Goethe, pernah mengatakan bahwa, manusia yang tidak bisa
belajar dari masa tiga ribu tahun adalah manusia yang tidak pernah menggunakan
akalnya. Pengalaman belajar harus dibuktikan. Seorang mahasiswa sastra yang
menghabiskan lima tahun hidupnya untuk menggeluti sastra pada akhirnya bekerja
pada suatu perusahaan yang merusak lingkungan hidupnya sendiri, seperti Goethe,
maka mahasiswa tersebut adalah manusia yang tidak pernah menggunakan akalnya.
Sabtu, 20 Juni 2015
A Bad King's Oration...
Hello to the future! A big nothing! Future
is the past! Nothing is new! You just don’t know yet!
I want a bigger
times to make something weird, because you well, but not me, I’m not well!!
Whispering,”Oh,
my God! This is so low!”
Is God singing? Just
like us?
Is God singing
our songs? What if He likes our songs to much?
Am I gonna be a
rockstar in the world?
Actually, I don’t
sing for God. But, I’m singing by His best given, a SOUL!
He let me jump
by foot, with a rock n’ roll wings.
He gives me a
present called “cry”,
He gives me a
reason for try,
And He gives me
a season for die.
Thank to Him,
everybody!! Clap your hands for the show! And don’t forget to buy our sell!
Now the time is
cooling down.
Everything is
dark, and I lost my last door. . .
Between God and Song
Happy to good people
Let me see the future
Everything is never be easier
But time is not a liar
Bring me, bring me, this is “palstikasi”,
Behind the mountain wall, I found
another door,
Someone’s coming for waking me up and
then I know I’m still alone,
On the night I can’t see the sky
Cause the light has already said goodbye.
I don’t know what to do, even the heaven
was just a lust!
I can’t listen, everything is another
reason, taking my life.
I fly by foot, on the Rock n’ Roll
wings.
Now I jump! Goddamn jump!
I’m falling down but floating, can’t you
imagine that?
I am a bad king, in the millenium’s day.
No more promises, because everything is
gonna be OKAY!!
All that you do is just singing a song. But,
tomorrow never knows?
That’s my era. How about you?
Never be a Katy Perry’s, it’s not
enough!!
I’m sorry to all, ‘cause I just don’t
know who you are.
Why do the things gonna be happened?
Why do I ask? When I’m done?
Time will give an answer. He is our God!
Not sun!
Oh, God! This is so low!
(to be continued)
Rabu, 17 Juni 2015
Sebagian Orang Tercipta Untuk Bernyanyi
Menyerbu
habis kesepian, tanpa ikatan.
Apa
yang terjadi dengan bahasaku? Dan orang-orang?
Kota-kota
sudah dililit hutang
Fakta
menjadi hipotesis
Gila
menjadi nyata.
Dunia
adalah kemeranaan yang belum jadi,
Dan
manusia adalah pekerjanya.
Kemelaratan
hanyalah kemapanan yang tertunda yang datang ketika sudah menjadi basi.
Tidakkah
itu mengerikan?
Hidup
tanpa karma,
Dunia
tanpa raga,
Cinta
tanpa asmara,
Dunia
seperti makanan usang yang punya nama besar.
Kamis, 11 Juni 2015
Aku ragu mengatakan aku bukan penipu!
Otakku
tidak pernah sampai untuk memikirkan puisi, karena mereka adalah kesalahan yang
terlalu sering kulupakan.
Karena
diriku terlalu pelit untuk mengatakan alasan, dan terlalu dengki untuk
mengatakan benci.
Aku
ingin kekuasaan penuh!
Aku
mendengar tangisanku sendiri, sebab, siapa yang mau menanggung dosaku?
Aku
melihat tulisan tentang Tuhan yang tidak dapat kubaca karena aku hanya
meringkuk kesakitan bukan bersujud.
Sekali
lagi, siapa yang akan menanggung dosaku?
Tulisan
yang mulai luntur dan mewarnai rambutku menjadi hitam, jemariku menyentuhnya
dan meneteskannya ke seluruh dunia, melekat pada beberapa wajah yang tak asing.
Wajah
tersenyum, wajah berpaling, wajah terpesona, dan wajah seorang teman yang
menyakitkan hati.
Wajahnya
terlalu lucu dengan sensor pada giginya yang ompong
Pada
akhirnya, aku hanya tersenyum miring tanpa sempat tahu bagaimana aku tadi
terjatuh.
Aku
tersenyum menghindari nasib lalu berbohong dengan tertidur palsu.
Hanya
jendela loteng yang terbuka bergoyang-goyang di atas kepalaku.
Senin, 08 Juni 2015
Misi Rahasia
Mimpi di balik pasir, kita tertanam di jiwa-jiwa yang
malang, menanti ajal serta mengobral tahta.
Impian membusuk bersama daging-daging busuk di pinggiran
kota Boston yang bungkam dibujuk malam.
12 hantu bergentayangan menyebutkan nama Tuhan sambil
berbisik, namun sayang, seorang tunawisma telah mendengar rahasia.
“Kemana kita selanjutnya?”
“Taman bunga.”
Rahasia beserta mimpi buruk telah menjadi nyata, mereka
bertiup sepoi-sepoi di jalanan sempit dan basah yang temaram.
Bermuram durja.
Menyapa kepada seorang gadis yang tak mengenal diri sendiri,
menawarkan segelas air yang telah disulapnya menjadi racun.
“Sesungguhnya gadis itu telah meminumnya”, begitu Sang Tuhan
mendengar kabarnya.
Sabtu, 23 Mei 2015
Amen!
I
feel guilty, but I’m the champion’s tonight because I’ve got the cigarette among
this finger finally.
Doesn’t
matter to walking through the night, I love my life.
Doesn’t
matter to hear the music’s so loudly in the midde of the night, because I’m free
now.
I’m
sleepy but I hate to sleep, hate to leave my cigarette all alone.
I
really found the happiness, a big happiness.
I’m
a good boy after all.
The
good boy who’s ready to meet tomorrow morning.
Thank,
God! Love you so bad…
Senin, 18 Mei 2015
Me as Martin Morgan
“We
must run!” Said the Man from the night.
I’ve
heard it before, before I jumped to the side of my dream.
Go
home, because you can’t find the way out in this little question of your life.
You
can’t acquired of but the past gonna make you mad.
The
story is so cold for me,
be able, you have no reason.
And
all the sweet songs are gone, of course by the God’s Hand that bring you to the
pure destiny.
Human
being, human being, human being.
Restless,
Why?
Because
I found the little life inside,
Because
we must run.
And,
because I like myself so bad.
Rabu, 13 Mei 2015
MEETING
I
want to meet Kurt Cobain,
I
want to meet Muhammad,
I
want to meet Jesus,
I
want to meet Jim Carrey,
I
want to meet Gandhi,
I
want to meet Osama,
Just
for give them all,
A
question. . .
Selasa, 12 Mei 2015
The Night
Every problems is a simple thing
Till you can’t, till you can’t, handle
it
I’ve been fearing,
To lost my song, to lost my song,
To hate my self
I’ve been searching for some help
I’ve been searching for some answer
But I don’t know what it means
I don’t know what it means
Somebody’s help me
I’ve pray to the God
Searching for the answer
I’ve pray to the God
Searching for the answer
Sabtu, 09 Mei 2015
Menjelang Kehancuran
Suatu
kali pernah datang satu masa yang singkat, di mana angin bertiup kencang dan
aku mengingat segala sesuatu yang tersimpan.
Tidak
ada satu rahasiapun, kedatangan, sebuah kedatangan yang kusambut dengan pejaman
mata, bibir tersenyum, dan wewangian menyebar entah karena siapa.
Pernak-pernik
kehidupan kecilku tersusun begitu rapi dan tampak begitu murni. Hanya ada satu
benda yang telah rusak.
Aku
terhenti, seperti sediakala, dan memberi pelajaran.
Aku
mendengarnya, teruslah suara-suara memuja dengan caranya yang indah. Sehingga kematian
disajikan dalam wujud yang sangat cantik.
Minggu, 19 April 2015
TUGAS MULIA
Seseorang
membiarkanku menembak kepala anak lelaki-ku sendiri yang terbaring di
sudut-sudut benar dan salah,
Tangisan
yang membabi buta memecahkan kaca malam yang patuh pada nada dosa yang
bernyanyi di balik mimpi,
Terbanglah
setinggi langit yang membuat setiap orang berhenti bercita-cita, melantunkan
perihal-perihal sombong dan seketika,
Penyair
muda tersesat untuk selamanya, karena jika tidak mati, segelas brendy akan
tertuang di dalam gelas-gelas pengajian yang tinggal menunggu makna dari karma,
Sampaikan
setiap detik waktu yang kuselipkan untuk para dokter dan doctor di ruang kerja
mereka, tanpa nama.
Aku
sudah melupakan setiap kata, norma-norma bukan urusan logika, membayangkan
darahnya, aku tidak mampu berkata-kata,
Sambil
menghisap sisa-sisa. . .
Senin, 13 April 2015
The Kids
Emotional angel
was owed to the wind when she was afraid too,
How can you pay?
But I’ve been lonely.
I’ve gotta job
to do for tomorrow and still, you steal the words and make them cry.
Someone who find
the Zeppelin’s code now he lead the way, bring me to meet that angel, emotional
angel.
Trying to make a
sound by nothing I have, the remote can’t change the channel, the sadness
becoming true and trustly. Won’t you believe it?
I feel a little
sick in my ear but that terrible things are make me . . . . .
Too many of
ghost in my head! I wake up because I just can’t sleep at night. So many times
people get their happiness by walking machine and the roof top when the rain’s
coming.
They just throw
it all the pain over the way of smile, I’m looking at that sweat, burning sun, and
afraidness.
I’m on my own
way, something maybe two tones.
Slowly tone and
this brain, but you! Yes, you! Just remember about your and your friends was
beer and the cigarette.
Think about the
kids are playing marbles on their frontyard sand, too fast for a plain children.
And everything
is sink through the second of marijuana’s confusion when the mind is stop to
remind, feeling is stop to feel, the song is stop to sing, and the life is stop
to live.
Kamis, 09 April 2015
TANGISAN
Untuk
kekekalan walaupun eksistensi terbujur kaku,
Untuk
simbah darah yang disampaikan oleh Adam kepada Hawa,
Untuk
seorang ibu yang menangisi kata-kata yang tak mampu dituliskan oleh anaknya,
Untuk
dunia yang sekiranya mendustakan ayat-ayat Tuhan,
Untuk
Tuhan yang merahasiakan jalan pikirannya di balik revolusi,
Untuk
yang menagih kematian,
Untuk
yang bodoh dan akan mendapatkan benci setengah mati,
Untuk
dollar, untuk nyawa, untuk cinta,
Untuk
Stalin yang kudo’akan,
Untuk
Napoleon dan Jalur Pantura,
Untuk yang tak tertolong,
Untuk yang tak tertolong,
Dari
aku, atas nama
Rahasia
terakhir yang malu-malu seperti Tuannya sendiri.
Seluruh dunia harus terbaring sakit. .
Seluruh dunia harus terbaring sakit. .
Sabtu, 04 April 2015
Untuk Robert Johnson
Untuk
Robert Johnson
Terpaksa membaca kata-kata yang terselip
di antara tidur,
Kaki manusia menginjak tanah tak
bertuan, menghirup udara yang penuh dengan bau pengharum ruangan,
Semuanya sudah terhapus dari pandangan
anak-anak zaman yang berlari ke sudut-sudut bilik mesum negara dunia ke-tiga.
Berjabat tangan dengan jebakan yang
mengurung manusia ke dalam ranah dunia yang kurang gizi.
Sehingga lancar saja semua yang
direncanakan oleh orang-orang yang menghadapi komputer di dalam gedung Wall
Street,
“Kau akan kaya, tapi kau juga akan
menjadi bodoh..”
Mimpi buruk yang menidurkan manusia
dalam perasaan sadar..
Langganan:
Postingan (Atom)